PENERAPAN
FILSAFAT DAN IDEOLOGI
DALAM
PEMBELAJARAN PKN DI SEKOLAH DASAR
Bherrio Dwi Saputra
21706261009
Disusun sebagai tugas pada Mata
Kuliah Filsafat Pendidikan Sekolah Dasar
yang
diampu oleh Prof. Dr. Marsigit M.A
Abstrak. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat penerapan
filsafat dan ideologi terhadap hasil belajar PKn di Sekolah Dasar. Filsafat
merupakan sebuah pemikiran kritis untuk melogikakan sesuatu, sehingga filsafat
menjadi akar dari setiap ilmu pengetahuan, sedangkan ideologi adalah suatu ilmu
yang mempelajari tentang cita-cita. Sudah tentu keterkaitan antara keduanya
sangat besar yaitu ideologi bersumber dari filsafat. Penelitian ini termasuk
penelitian kuantitatif dengan pendekatan meta-analisis yaitu menghitung
korelasi dengan model fixed effect.
Pertama, merumuskan masalah penelitian, kemudian dilanjutkan dengan menggali
penelitian yang relevan, kemudian penelitian yang tidak mempublikasikan nilai r diubah menjadi nilai t dan F. Sampel penelitian sebanyak 21 artikel dengan kriteria
mempelajari hubungan pendekatan penerapan filsafat dan ideologi terhadap hasil
belajar PKn. Hasil dari model panel plot
fixed-effect menunjukkan bahwa dua 21 artikel memiliki ukuran sampel yang
bervariasi dengan distribusi asimetris, sehingga kesimpulan penelitian mengenai
hubungan antara penerapan filsafat dan ideologi dan hasil belajar PKn bebas
dari potensi bias publikasi. Kesimpulan ini diperkuat dengan tampilan forest plot sebelum dan sesudah
menggunakan metode Trim and Fill
serta hasil tampilan efek ringkasan. Dengan demikian tingkat validitas
informasi berdasarkan a model fixed-effect
hubungan antara ppenerapan filsafat dan ideologi dengan hasil belajar PKn
adalah valid.
Kata Kunci: Filsafat, Ideologi, PKn, Sekolah
Dasar.
A. Latar Belakang
Filsafat merupakan pengetahuan dan
penyelidikan dengan akal budi mengenai sebab-sebab, asas-asas hukum dan
sebagainya daripada segala yang ada dalam alam semesta ataupun mengetahui
kebenaran dan arti “adanya” sesuatu. Sehingga filsafat dipahami sebagai proses
memperoleh pengetahuan melalui adaptasi aktif terhadap lingkungan oleh individu
[1]. Selain itu, filsafat merupakan bagian dari proses hasil sosial interaksi
sebagai konstruksi pengetahuan [2]. Dengan demikian, berfilsafat, dalam
pandangan Von Glasersfeld, diasumsikan bahwa ilmu filsafat dapat memandu proses
belajar manusia [3]. Lebih lanjut, [4] menjelaskan bahwa ilmu filsafat memiliki
karakteristik memperoleh pengetahuan sebagai produk dari aktivitas organisasi
di lingkungan. Berdasarkan penjelasan tersebut, filsafat dapat diartikan
sebagai ilmu yang membahas hakikat segala sesuatu yang ada baik itu manusia,
alam semesta dan tuhan.
Dalam kehidupan modern ini, filsafat
diartikan sebagai ilmu yang mencari hakikat sesuatu, berupaya melakukan
penafsiran-penafsiran atas pengalaman-pengalaman manusia dan merupakan suatu
upaya untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang timbul dalam berbagai bidang
kehidupan manusia [5]. Jawaban tersebut merupakan suatu hasil pemikiran yang
mendasar dan digunakan untuk memecahkan persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan aspek kehidupan manusia termasuk aspek pendidikan [6]. Pada prinsipnya,
konsep filsafat menempatkan sesuatu kebenaran berdasarkan kemampuan nalar
manusia, yang merupakan tolak ukur suatu peristiwa yang terjadi sebelum dan
sesudahnya.
Filsafat sangat berperan penting
dalam dunia pendidikan yaitu memberikan sebuah kerangka acuan bidang filsafat
pendidikan guna mewujudkan cita-cita pendidikan yang diharapkan oleh suatu
masyarakat atau bangsa [7]. Oleh karena itu, filsafat pendidikan yang lahir
menjadi tumpuan konsep ilmu pendidikan, sebagai ilmu pengetahuan yang normatif,
merupakan disiplin ilmu yang merumuskan kaidah-kaidah nilai yang akan menjadi
ukuran tingkah laku manusia yang hidup di tengah masyarakat serta tugas dari
pendidikan sebagai aspek kebudayaan yaitu menyalurkan nilai-nilai hidup,
melestarikan, dan mengembangkan nilai-nilai norma tingkah laku kepada subjek
didik yang bersumber dari filsafat, kebudayaan, dan agama yang berlaku dalam
suatu masyarakat atau negara [8]. Sedangkan ideologi merupakan arah perjalanan
seluruh kehidupan bangsa [9]. Ideologi
juga digambarkan sebagai ilmu yang mempelajari tentang cita-cita [10] [11].
Tanpa adanya filsafat ideologi tidak akan ada, dan setiap ideologi bersumber
dari filsafat [12].
Bagi bangsa Indonesia, Pancasila
telah diterima sebagai dasar negara. Pancasila berisikan lima asas, prinsip,
atau nilai yakni ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Ketentuan mengenai lima nilai ini dimuat dalam konstitusi negara Indonesia
yakni pada bagian Pembukaan UUD 1945 alinea IV. Pancasila, dengan mengacu pada
teori kewarganegaraan komunitarian [13] dan fungsionalisme struktural [14],
dapat dikatakan berisi gagasan tentang kehidupan yang baik, merupakan hasil kesepakatan
komunitas, nilai sosial bersama yang turut menentukan kehidupan, dan dapat
menjadi sumber bagi terjadinya integrasi sosial. Sebagai nilai kebajikan dan
nilai sosial bersama, maka Pancasila perlu diaktualisasikan, diimplementasikan
dan disosialisasikan kepada warganya demi eksistensi dan kelangsungan kehidupan
berbangsa di Indonesia. Menurut [15], aktualisasi itu dapat dilakukan antara
lain dengan; revitalisasi epistemologis, menjadikannya sebagai landasan etik
pengetahuan, sosialisasi lewat pendidikan, dan menjadikannya sebagai sumber
material hukum Indonesia. [15] juga menyatakan bahwa “mediasi” untuk
kontekstualisasi dan implementasi Pancasila adalah melalui interpretasi,
internalisasi atau sosialisasi, misalnya melalui pendidikan. Berdasar dua pendapat
di atas, implementasi Pancasila dapat dilakukan melalui jalur pendidikan.
Pengalaman menunjukkan bahwa
implementasi Pancasila melalui jalur pendidikan dilakukan dengan memusatkannya
sebagai bagian dari materi pembelajaran (instructional material) Pendidikan
Kewarganegaraan (Civic Education) di Indonesia. Upaya menjadikan Pendidikan
Kewarganegaraan (PKn) sebagai sarana bagi sosialisasi Pancasila ini pernah
dilakukan pada masa Orde Lama yakni dengan pelajaran Civics (1960), Orde Baru,
dengan menerapkan mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) kurikulum
1975, 1984 dan pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn)
berdasar kurikulum 1994. Orde reformasi dengan pelajaran Kewarganegaraan
(2004), Pendidikan Kewarganegaraan (2006) dan PPKn (2013).
Meta-analisis adalah penelitian
kuantitatif dengan menggunakan metode analisis statistik, sehingga informasi
penelitian diperoleh berdasarkan data proses penelitian sebelumnya [16]. Sebuah
studi meta-analisis dilakukan untuk meninjau penelitian yang dilakukan oleh
orang lain peneliti untuk mendapatkan informasi yang akurat. Dengan demikian,
penelitian yang dikumpulkan dari jurnal yang diterbitkan, dan yang bukan
publikasi dengan fokus pada studi model pembelajaran didasarkan pada penerapan
filsafat dan ideologi dalam pembelajaran PKn.
B. Metode
Desain Penelitian
Penelitian ini bersifat
kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah proses mengumpulkan dan menganalisis
informasi numerik yang membedakan metode penelitian kuantitatif dari jenis lain
[17]. Penelitian ini menggunakan pendekatan meta-analisis untuk menggabungkan
dan mengevaluasi secara statistik berdasarkan temuan penelitian independen,
yaitu hubungan penerapan filsafat dan ideologi dengan pembelajaran PKn.
Meta-analisis memberikan evaluasi yang komprehensif dengan analisis statistik
data kuantitatif yang diperoleh melalui studi independen pada mata pelajaran
tertentu [18] [19].
Nilai effect size
digunakan untuk mencapai nilai standar dalam mengevaluasi hasil studi
independen dengan meta-analisis [20] [21]. Nilai ukuran efek memberikan hasil
studi independen dengan distandarisasi dan dievaluasi berdasarkan kriteria yang
sama [20]. Penelitian yang diperoleh diberi kode berdasarkan kriteria tertentu.
Coding adalah proses penggalian data dari studi individu untuk mendapatkan data
yang sesuai dianalisis [22] [23]. Selanjutnya dalam penelitian meta-analisis
menggunakan analisis statistik dalam penelitian yang dilakukan dan
menginterpretasikan temuan [24] [25].
Pengumpulan Data
Pengumpulan data untuk
proses analisis berdasarkan hasil penelitian disebut data sekunder, dan data
sekunder diperoleh melalui proses observasi artikel yang berrhubungan dengan
penerapan filsafat dan ideologi dengan hasil belajar PKn. Beberapa penelitian
penelitian telah mengambil nilai r sebagai ukuran pengaruh, sedangkan
penelitian yang tidak menghitung nilai r diubah menjadi nilai F dan t yang
terdapat pada hasil penelitian penelitian.
Pengkodean
Hasil penelusuran
diperoleh 21 artikel terpilih sehingga kriteria pengkodean penelitian terdiri
dari komponen-komponen berikut, yaitu: Informasi sampel (tahun studi, subjek,
variabel bebas dan terikat), kemudian citra kuantitatif (ukuran sampel,
rata-rata pencapaian, nilai F, t, dan r). Tahap ini dilakukan sebelum proses
analisis statistik.
Analisis Data
Ukuran efek adalah
ukuran standar yang digunakan oleh meta-analisis, yang menentukan kekuatan dan
arah hubungan [26]. Standardized Average Effect Size digunakan untuk
membandingkan rata-rata kelompok independen, yang dianggap sebanding untuk
setiap studi masing-masing dari dua variabel [23] [27]. Sehingga teknik
analisis data dalam penelitian dengan menggunakan analisis statistik deskriptif
untuk menghitung pengaruhnya ukuran (besarnya pengaruh) dan efek ringkasan
(jumlah efek) dengan model efek tetap. Selanjutnya, analisis publikasi bias
dilakukan, dengan menggunakan program JASP 0.8.4.0.
C. Pembahasan Hasil
Proses pengumpulan data
sekunder adalah artikel yang diterrbitkan di jurnal nasional terakteditasi.
Subyek dari setiap artikel sangat beragam dengan beberapa variabel independen
yang berbeda. Berikut adalah beberapa hasil penelitian yang memiliki ciri-ciri
yang ditentukan oleh peneliti sebagai sampel sebagaimana tercantum pada tabel
berikut ini:
Tabel 1. Hasil Pencarian
Artikel Penelitian
Peneliti |
Tahun |
N |
R |
Variabel Independen |
Variabel Dependen |
Hasnidar & Elihami |
2014 |
80 |
0.206 |
Contextual Teaching
Learning |
Prestasi Belajar PKn |
Kurniawan, M.I. |
2013 |
80 |
0.376 |
Model Sientifik |
Prestasi Belajar PKn |
Ardiawan, IKN., dkk. |
2020 |
91 |
0.509 |
Lembar Kerja Siswa |
Hasil Belajar PKn |
Yanti, C. |
2014 |
70 |
0.333 |
Portofolio
Pembelajaran |
Hasil Belajar PKn |
Syaparuddin &
Elihami |
2018 |
30 |
0.671 |
Media Internet |
Hasil Belajar PKn |
Yesya, DP., dkk. |
2018 |
91 |
0.454 |
Student Teams
Achievement Divisions |
Hasil Belajar PKn |
Azis, A |
2015 |
70 |
0.558 |
Metode Brainstorming |
Prestasi Belajar PKn |
Nirmayani, LH |
2018 |
30 |
0.641 |
Active Learning |
Prestasi Belajar PKn |
Abdul, A. |
2021 |
27 |
0.382 |
Value Clarification
Technique |
Berpikir Kritis dalam
Pembelajaran PKn |
Dewantara, JA., &
Nurgiansah, Th. |
2020 |
29 |
0.692 |
Kooperatif Learning |
Prestasi Belajar PKn |
Khairunnisa &
jiwandono IS. |
2020 |
45 |
0.326 |
Aptitude Treatment
Interaction Learning |
Prestasi Belajar PKn |
Hidayat, H., dkk. |
2015 |
68 |
0.325 |
Learning Generative |
Prestasi Belajar PKn |
Indrawati, T. |
2021 |
34 |
0.343 |
Discovery Learning |
Prestasi Belajar PKn |
Suhandi, AM., dkk. |
2021 |
32 |
0.230 |
Penggunaan Majalah
sebagai Media |
Prestasi Belajar PKn |
Dewi, DA., dkk. |
2018 |
36 |
0.475 |
Learning The Learning
Cell |
Prestasi Belajar PKn |
Setiyawan, H., 7
Yunianta, TNH. |
2015 |
35 |
0.484 |
Learning of Auditory |
Prestasi Belajar PKn |
Parhanatul, P. |
2017 |
64 |
0.397 |
Two Stay Learning Two
Tray |
Prestasi Belajar PKn |
Firda, N. |
2016 |
25 |
0.446 |
Take and Give Learning |
Prestasi Belajar PKn |
Pujian, SN. |
2015 |
36 |
0.311 |
Conflict Resolution
Model |
Hasil Belajar PKn |
Faradiba, DG. |
2021 |
34 |
0.519 |
Problem Based
Instruction |
Hasil Belajar PKn |
Aji, SS. |
2020 |
32 |
0.446 |
Learning Contestant |
Prestasi Belajar PKn |
Berdasarkan tabel di
atas, diidentifikasi dua artikel yang menghitung nilai r dari dua puluhsatu
artikel yang dianalisa, beberapa di antaranya dikonversi ke F dan t untuk
mendapatkan nilai r. Kemudian kita hitung ukuran efek dan efek ringkasan
berdasarkan data pada tabel Dua di bawah ini:
Tabel 2. Tabulasi data
Model Efek Tetap
Peneliti |
Tahun |
N |
R |
Y(z) |
Vy |
W |
WY |
WY2 |
W2 |
Hasnidar & Elihami |
2014 |
80 |
0.206 |
0.209 |
0.013 |
77 |
16.093 |
3.363 |
5929 |
Kurniawan, M.I. |
2013 |
80 |
0.376 |
0.396 |
0.013 |
77 |
30.492 |
12.075 |
5929 |
Ardiawan, IKN., dkk. |
2020 |
91 |
0.509 |
0.562 |
0.011 |
88 |
49.456 |
27.794 |
7744 |
Yanti, C. |
2014 |
70 |
0.333 |
0.346 |
0.015 |
67 |
23.182 |
8.021 |
4489 |
Syaparuddin &
Elihami |
2018 |
30 |
0.671 |
0.813 |
0.037 |
27 |
21.951 |
17.846 |
729 |
Yesya, DP., dkk. |
2018 |
91 |
0.454 |
0.489 |
0.042 |
24 |
11.736 |
5.738 |
576 |
Azis, A |
2015 |
70 |
0.558 |
0.630 |
0.015 |
26 |
16.380 |
10.391 |
676 |
Nirmayani, LH |
2018 |
30 |
0.641 |
0.760 |
0.032 |
42 |
31.920 |
24.259 |
1764 |
Abdul, A. |
2021 |
27 |
0.382 |
0.402 |
0.034 |
65 |
26.130 |
10.504 |
4225 |
Dewantara, JA., &
Nurgiansah, Th. |
2020 |
29 |
0.692 |
0.852 |
0.017 |
31 |
26.421 |
22.503 |
961 |
Khairunnisa &
jiwandono IS. |
2020 |
45 |
0.326 |
0.338 |
0.032 |
29 |
9.820 |
3.313 |
841 |
Hidayat, H., dkk. |
2015 |
68 |
0.325 |
0.337 |
0.034 |
33 |
11.121 |
3.747 |
1089 |
Indrawati, T. |
2021 |
34 |
0.343 |
0.357 |
0.030 |
32 |
11.424 |
4.078 |
1024 |
Suhandi, AM., dkk. |
2021 |
32 |
0.230 |
0.234 |
0.032 |
61 |
14.274 |
3.341 |
3721 |
Dewi, DA., dkk. |
2018 |
36 |
0.475 |
0.517 |
0.034 |
22 |
22.044 |
5.588 |
484 |
Setiyawan, H., 7
Yunianta, TNH. |
2015 |
35 |
0.484 |
0.668 |
0.034 |
33 |
24.418 |
14.724 |
1089 |
Parhanatul, P. |
2017 |
64 |
0.397 |
0.421 |
0.034 |
58 |
15.840 |
10.280 |
3364 |
Firda, N. |
2016 |
25 |
0.446 |
0.48 |
0.016 |
33 |
9.980 |
7.067 |
1089 |
Pujian, SN. |
2015 |
36 |
0.311 |
0.322 |
0.034 |
31 |
16.704 |
3.214 |
961 |
Faradiba, DG. |
2021 |
34 |
0.519 |
0.576 |
0.037 |
29 |
13.920 |
9.621 |
841 |
Aji, SS. |
2020 |
32 |
0.446 |
0.480 |
0.016 |
29 |
10.730 |
6.681 |
841 |
|
|
|
|
|
|
1060 |
461.42 |
230.607 |
54498 |
Berdasarkan hasil
perhitungan effect size diperoleh
rata-rata weighted effect sebesar
0,44 dengan varians sebesar 0,000943 sedangkan standard error sebesar 0,031.
Untuk selang kepercayaan rata-rata (M), pengaruh pembobotan memiliki tingkat
signifikan 95% yang terletak pada kisaran 0,37 hingga 0,50.
Selanjutnya dilakukan
perhitungan p-value dan z-value untuk menentukan diterima dan ditolaknya
hipotesis nol. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai z sebesar 14,172
sedangkan p-value menggunakan Microsoft Excel dengan rumus = 1-NORMSDIST
(14,17) diperoleh nilai p menurun dari (p<0,05), artinya hipotesis diterima
pada taraf signifikan 95%, baik uji satu sisi maupun uji dua sisi. Dengan
demikian, pembelajaran filsafat dan ideologi dapat berkorelasi secara
signifikan dengan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan.
Berdasarkan hasil penelitian,
proses pembelajaran pembelajaran filsafat dan ideologi memiliki korelasi yang
kuat dengan hasil belajar pendidikan kewarganegaraan, hubungan tersebut dapat
dilihat dari summary effect dengan model fixed-effect sebesar 0,44 lebih besar
dari pada effect magnitude sebesar 0,20 dan nilai z sebesar 12,678 sedangkan
nilai r sebesar 0,43. Dengan demikian, hubungan tersebut terjadi karena
karakteristik pembelajaran pembelajaran filsafat dan ideologi yang berpusat
pada siswa, [25] menyatakan bahwa pembelajaran filsafat dan ideologi
mengutamakan peran aktif siswa dalam mengkonstruksi pengetahuan yang bermakna,
menghubungkan gagasan dengan mengkonstruksi secara bermakna, dan mengaitkan
gagasan dengan yang baru. informasi diterima. Pernyataan [24] bahwa pengetahuan tidak diperoleh secara
pasif, tetapi secara aktif melalui struktur kognitif siswa dan fungsi kognitif
bersifat adaptif dan membantu mengorganisir melalui pengalaman nyata siswa.
Jadi, [30] menjelaskan bahwa pembelajaran filsafat dan ideologi dengan berpikir
kritis, memotivasi, kemandirian belajar, umpan balik, dialog, bahasa,
penjelasan, menanya, belajar melalui pengajaran, kontekstualisasi, eksperimen,
atau pemecahan masalah di dunia nyata.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil
penelitian di atas, bahwa pembelajaran filsafat dan ideologi memiliki hubungan
yang signifikan terhadap hasil belajar pendidikan kewarganegaraan, dimana
p-value < 0,05 pada tingkat kepercayaan 95% sehingga hubungan kedua variabel
dapat disimpulkan sangat kuat dengan selang kepercayaan 0,3584-0,4586 dan r
sebesar 0,4097. Untuk memperoleh informasi dari dua puluh satu artikel yang
diteliti, diperoleh hasil bahwa pembelajaran filsafat, ideologi dan hasil
belajar pendidikan kewarganegaraan terbukti dan dapat dipercaya.
Proses penyampaian dan
penanaman pengetahuan membutuhkan pendekatan dalam mengajar, menciptakan
pembelajaran yang efektif; secara umum, pendekatan tersebut dapat berpusat pada
guru dan berpusat pada siswa. Pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa
cenderung membuat siswa tidak pasif dalam mengembangkan pengetahuannya sehingga
pembelajaran pendidikan kewarganegaraan yang mengutamakan masalah sosial budaya
dalam membentuk pemahaman individu sangat efektif untuk dipertimbangkan.
E. Daftar Pustaka
[1]
Piaget, J. (1936). The origins of intelligence
in children. New York: W.W Norton and Company.
[2]
Vygotsky, L.S. (1978). Mind in society.
Cambridge: Harvard University Press.
[3]
Bettencourt, A. (1989). What is constructivism,
and why are they call talking about it? Michigan State University.
[4]
Bidell, T. R., & Kurt, W. F. (2005).
Cognitive development in educational contexts implications of skill theory. in
neo-Piagetian theories of cognitive development. New York: Routledge.
[5]
Tasker, R. (1992). Effective teaching: What can
a constructivist view of learning offer. The Australian Science Teacher
Journal, 38, 25-34.
[6]
Wheatley, G.H. (1991). Constructivist
perspectives on science mathematics learning. Science Education Journal, 75,
9–12.
[7]
Joyce, B., & Weil, M. (1992). Models of
teaching. Englewood Cliffs, New Jersey: Prentice-Hall, Inc.
[8]
Arends. (1997). Innovative-oriented innovative
learning models. Jakarta: Publisher Library Achievements.
[9]
Jones, M. G. (2002). The impact of
constructivism on education: Language, discourse, and meaning. American
Communication Journal, 5(3).
[10]
Parhanatul, P. (2015). Differences in student
learning outcomes between classes taught with the learning cell method and
discussion methods in learning PPKn class 8 medium secondary school 4
Yogyakarta. Civics Journal, 4(7).
[11]
Firda, N., & Murdiono, M. (2015).
Differences in PPKn learning activities and achievements using the student
teams-achievement divisions (Stad) method and class 7 lectures at the middle
secondary school 1 Prambanan, Sleman, Yogyakarta. ePrints @ UNY.
[12]
Brubacher, S., John. 1978. Modern Philosophies
of Education. New York: Printed in India by Arrangement with McGraw-Hill, Inc
[13]
Fey, J.T. 1985. “System of Education of Federal
Republic of Germany”. In Husen, F, and Postlethwaite, N.T. (Eds.),
International Encyclopedia of Education, New York: Pergamon Press.
[14]
Çoğaltay, N. & Karadağ, E. (2015).
Introduction to meta-analysis. In E. Karadağ (Ed.) Leadership and
organizational outcomes (pp. 19-28). Springer, Cham.
[15]
D. Moher et al. (2015). “Preferred reporting
items for systematic review and meta-analysis protocols (prisma-p) 2015
statement, “Syst. Rev., Vol.4, No.1, p. 1-9.
[16]
D. Moher, A. Liberati, J. Tetzlaf, D. G. Altman,
and P. Grp. (2015).“Preferred Reporting items for Systematic Reviews and
Meta-Analyses: the PRISMA Statement (Reprinted from Annals of Internal
medicine), Phys, Ther., Vol.89, No.9, p.873-880.
[17]
Dila, K. A. S. (2012). Telaah Kritis Artikel
Review Sistematik Dan Meta Analisis.
[18]
Glass, G. V. (1976). Primary, secondary, and
analysis of research. Education Researcher, 5, 3-8.
[19]
Lipsey, M. W., & Wilson, D. B. (2001).
Practical meta-analysis. Thousand Oaks, CA: Sage Publications.
[20]
Sedat, T., & Ilknur, G. T. (2018). The
effects of cooperative learning on mathematics achievement in Turkey: A
meta-analysis study. International Journal of Instruction. 11, 663-680.
[21]
Mertens, D. M. (2010). Research and evaluation
in education and psychology: Integrating diversity with quantitative,
qualitative, and mixed methods. USA: Sage publications.
[22]
Çiftçi, Ş. K., & Pinar, Y. (2019). The
effect of self-confidence in mathematics achievement: The meta-analysis of
trends in the international mathematics and science study (TIMSS).
International Journal of Instruction, 12, 683-694.
[23]
Çoğaltay, N. & Karadağ, E. (2015).
Introduction to meta-analysis. In E. Karadağ (Ed.) Leadership and
organizational outcomes (pp. 19-28). Springer, Cham.
[24]
Pigott, T. (2012). Advances in meta-analysis.
New York: Springer Science & Business Media.
[25]
Sanchez-Meca, J., & Marin-Martinez, F.
(2010). Meta-analysis. In P. Peterson, E. Baker, & B. Mcgaw (Eds),
International encyclopedia of education (pp.274-282). Oxford: Elsevier.
[26]
Borenstein, M., Hedges, L. V., Higgins, J. P.,
& Rothstein, H. R. (2009). Introduction to meta-analysis. London: John
Wiley & Sons.
[27]
Hedges, L., & Olkin, I. (1985). Statistical
models for meta-analysis. London: John Wiley & Sons.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar