INOVASI
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PKn BERBASIS KEARIFAN LOKAL
Bherrio Dwi Saputra
21706261009
Disusun sebagai tugas pada Mata
Kuliah Filsafat Pendidikan Sekolah Dasar
yang
diampu oleh Prof. Dr. Marsigit M.A
Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami pengaruh inovasi
pendidikan karakter melalui pembelajaran berbasis kearifan lokal. Pengaruh
tersebut akan diteliti berdasarkan hasil penelitian terdahulu. Penelitian ini
merupakan penelitian meta-analisis. Meta analisis ialah kajian atas sejumlah hasil penelitian
mengenai permasalahan serupa. Unit analisis dalam penelitian adalah
dokumen-dokumen tertulis yang berkaitan
dengan inovasi pendidikan yang berupa artikel jurnal yang diambil secara
purposive berdasarkan kesesuaian dengan tema penelitian. Instrumen utama
penelitian ini ada peneliti sendiri dibantu panduan dokumentasi. Analisis data
yang digunakan adalah analisis data kualitatif untuk data-data hasil kajian
naratif terhadap hasil penelitian yang dikaji. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa inovasi dalam pembelajaran berbasis kearifan lokal berperan dalam
menumbuhkan pendidikan karakter siswa sekolah dasar.
Kata Kunci: inovasi, karakter, PKn, kearifan
lokal.
A. Latar Belakang
Pesatnya perkembangan
teknologi di seluruh dunia berdampak pada berbagai lini kehidupan, termasuk
pada sektor pendidikan. Pendidikan diartikan sebagai sebuah usaha sadar dan
sistematis yang bertujuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik [1].
Pendidikan merupakan sarana dan media krusial untuk mengajarkan norma,
mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos kerja dikalangan warga-masyarkat.
Pendidikan juga merupakan bagian dari instrument untuk membangun dan memupuk
kepribadian bangsa, memperkuat identitas nasional, dan memantapkan jati diri
bangsa. Pendidikan dapat menjadi sarana strategis untuk membangun kesadaran
sebagai warga negara dengan mengukuhkan ikatan-ikatan sosial, tetap menghargai
keragaman budaya, ras, suku-bangsa, agama, sehingga dapat memantapkan keutuhan
nasional sebagai gambaran warga negara yang berkarakter [2].
Kehidupan di era global
dengan berbagai persoalan telah menuntut berbagai perubahan dalam bidang
pendidikan. Iklim kehidupan berbangsa dan bernegara yang kurang kondusif, dan
cenderung mengarah pada kebebasan yang kurang terkendali telah menimbulkan berbagai
permasalahan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Hal ini bisa
menimbulkan berbagai permasalah sosial, apalagi terkait dengan sistem
pendidikan di Indonesia yang masih dalam proses penataan, baik secara kualitas,
kuantitas, maupun kaitannya dengan efektivitas dan relevansi pendidikan [3].
Oleh karena itu perlu adanya inovasi sebagai solusi peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia. Inovasi pendidikan merupakan pembaharuan dalam
pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan [4]. Inovasi ini dapat
berupa ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal baru bagi
seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) yang digunakan untuk mencapai
tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan [5]. Inovasi
dalam pendidikan dibagi menjadi dua model, yaitu: a) Top-down, yaitu model
inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan/atasan
yang diterapkan kepada bawahan; seperti halnya inovasi pendidikan yang
dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional selama ini. b) Bottom-up, yaitu
model inovasi yang berasal dan bersumber dari bawah dan dilaksanakan sebagai
upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan [3].
Penyempurnaan
kurikulum merupakan salah satu model inovasi top-down yang tengah dilakukan
oleh pemerintah Indonesia. Adapun bentuk inovasi kurikulum itu ialah dengan
mengubah pola penyelenggaraan pendidikan yang sentralistik, monolitik dan
uniformistik, menjadi lebih demokratis [6]. Kurikulum yang bersifat
sentralistik seperti ini dirasa sangat menghambat inovasi dan mempengaruhi
output pendidikan, sebab kurikulum yang terpusat hanya akan menghasilkan output
manusia yang kurang berkarakter [7]. Kuranganya pendidikan karakter ini juga
merupakan salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia [8]. Oleh karena itu
kementrian pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan Permendikbud tahun 2018
tentang penguatan pendidikan karakter di Indonesia. Sedangkan tuntutan guru
untuk mampu melaksanakan pembelajaran dengan cara baru dan menarik merupakan
salah satu model inovasi bottom-up di Indonesia [9]. Guru harus mampu
menghadirkan suasana belajar menyenangkan dan kontekstual atau dekat dengan
lingkungan siswa, sehingga pemahaman siswa dalam kegiatan belajar akan semakin
mudah [10]. Salah satu penerapan pembelajaran berbasis lingkungan salah satunya
adalah dengan mengenalkan berbagai kearifan lokal yang ada di daerah tempat
tinggal siswa [11]. Kearifan lokal merupakan pandangan hidup dan ilmu
pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang bewujud aktifitas yang
dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai maslah dalam pemenuhan
kebutuhan mereka [11]. Mengenalkan kearifan lokal sejak dini akan mampu
menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap bangsa dan negaranya [11].
Meskipun pemerintah telah memberika
solusi dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan diatas, namun hal tersebut
menghadapi beberapa kendala yang dihadapi guru salah satunya bahwa nilai-nilai
karakter yang dikembangkan di sekolah
belum dijabarkan dalam indikator yang representatif [12]. Indikator yang tidak
representatif menyebabkan kesulitan dalam mengukur ketercapaiannya. Guru juga
masih kesulitan menghadirkan konsep pembelajaran berbasis lingkungan, khususnya
dalam menghadirkan bahan ajar berupa buku [13]. Beberapa alasana tersebut
menunjukan perlu dilakukannya tinjauan dan kajian literatur untuk memungkinkan
saran arahan yang tepat dalam mengakomodir belum maksimalnya pendidikan
karakter di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini memilih kajian pustaka
sistematis untuk mengumpulkan data dan meningkatkan pemanfaatan inovasi dalam
pendidikan karakter berbasis lingkungan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk
mengidentifikasi bentuk inovasi pendidikan dan model pembelajaran seperti apa
yang terbukti dapat meningkatkan karakter siswa SD.
B. Metode
Desain penelitian ini
menggunakan Meta-analisis. Meta-analisis merupakan suatu teknik statistika yang
mengabungkan dua atau lebih penelitian sejenis sehingga diperoleh paduan data
baru. Meta analisis merupakan studi dengan cara menganalisis data yang berasal
dari studi primer [14]. Hasil analisis studi primer dipakai sebagai dasar untuk
menerima atau mendukung hipotesis, menolak atau menggugurkan hipotesis yang
diajukan oleh beberapa peneliti [15]. Meta analisis merupakan teknik yang
digunakan untuk merangkum berbagai hasil penelitian secara kuantitatif dengan
cara mencari nilai effect size. Effect size adalah penggabungan dari
masing-masing penelitian yang digunakan sebagai sumber data pada penelitian
meta analisis, dengan melakukan teknik statistika tertentu [16]. Jadi, dalam
kegiatan penelitian meta analisis, data diperoleh dari hasil-hasil penelitian
primer yang membahas permasalahan sejenis, untuk kemudian dianalisis hingga
menghasilkan suatu kesimpulan umum.
Penelitian ini membatasi
kriteria dalam database untuk menentukan bahwa semua artikel yang disertakan
sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian “Inovasi pendidikan dan
pembelajaran PKn di Sekolah Dasar”. Adapun Batasan penelitian ini adalah: 1)
diterbitkan 10 tahun terakhir, 2) fokus pada pendidikan karakter dan kearifan
lokal, dan 3) diterbitkan dalam jurnal akademik dan artikel prosiding yang
sudah melalui proses review.
Gambar 1. Tahapan
Penyaringan dan Penilaian Kelayakan untuk Analisis Data
Penelitian in dilakukan
dalam beberapa tahapan. Pertama, menyaring sebanyak-banyaknya artikel yang
sesuai dengan kriteria. Pada tahap ini, peneliti berhasil mengumpulkan sebanyak
57 artikel yang sesuai dengan tema. Kedua, melakukan proses penyaringan
selanjutnya melalui abstrak. Pada tahap ini peneliti berhasil menyaring 33
artikel. Ketiga, melakukan membaca mendalam pada setiap artikel. Setelah
membaca keseluruhan artikel peneliti memilih 20 artikel yang dianggap paling
cocok untuk dianalisa lebih lanjut. Artikel yang sesuai dengan kriteria
kemudian dikelompokkan berdasarkan beberapa kode: tipe artikel, bidang studi,
metode, tahun terbit. Tahap selanjutnya ialah proses review yang dilakukan
dengan menganalisis isi dari setiap artikel.
Tabel 1. Karakteristik
Penelitian yang Terlibat (N=18)
Karakteristik |
Jumlah artikel |
Tipe Artikel Artikel Jurnal Prosiding seminar |
18 2 |
Bidang Studi IPS PKn |
7 13 |
Metode Study Kasus Deskriptif Survey Observasi Etnopedagogy |
5 2 4 4 5 |
Tahun Terbit 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2021 |
1 1 3 2 1 2 1 2 2 |
Peneliti menerapkan
beberapa kriteria tertentu yang relate dengan batasan penelitian, hal ini
bertujuan agar artikel yang digunakan benar-benar bisa menjawab pertanyaan
penelitian.
C. Pembahasan Hasil
Penelitian ini
menggunakan analisis isi kualitatif untuk membangun gambaran umum mengenai
bagaimana konsep penerapan inovasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal
di sekolah dasar. Analisis dilakukan dengan cara mengungkapkan kosep utama dari
setiap artikel yang telah dipilih. Tidak ada batasan jumlah artikel untuk
setiap konsep yang muncul, sehingga satu artikel bisa saja memiliki lebih dari
satu konsep.
1) Pendidikan karakter yang berhasil dikuatkan
Pendidikan karakter
merupakan usaha yang terencana untuk membangun karakter individu agar nantinya
menjadi pribadi yang bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun untuk orang
banyak [17]. Penelitian terkait pendidikan karakter masif dilakukan dalam
beberapa tahun terakhir, hal ini terkait dengan adanya tuntutan untuk
menanamkan pendidikan karakter di sekolah [18]. Dalam lingkup pendidikan
formal, pendidikan karakter di sekolah berfungsi untuk membentuk karakter
peserta didik agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia, bermoral, tangguh,
berperilaku baik dan toleran. Adapun fungsi utama pendidikan karakter di
sekolah ialah 1) untuk membentuk dan mengembangkan potendi peserta didik agar
mereka mampu mengembangkan potensi dalam dirinya untuk berpikir baik, berhti
nurani baik, berperilaku baik dan berbudi luhur; 2) untuk penguatan dan
perbaikan yaitu memperbaiki dan menguatkan peran individu, keluarga, satuan
pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk melaksanakan tanggung jawabnya dan
berpartisipasi dalam mengembangkan potensi kelompok, instansi atau masyarakat secara
umum; 3) fungsi penyaringan digunakan agar masyarakat dapat memilih dan memilah
budaya bangsa sendiri, dapat menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai
dengan nilai-nilai karakter dan budaya bangsa yang berbudi luhur [17]. Adapun
nilai karakter yang berhasil dikuatkan melalui inovasi pendidikan ialah sebagai
berikut.
Religius. Pendidikan karakter
religius merupakan usaha aktif untuk membentuk suatu sikap perilaku yang patuh
dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan
ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan memeluk agama lain [18]. Beberapa
penelitian menyebutkan bahwa karakter religius ini sangat dibutuhkan oleh siswa
dalam menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral, dalam hal ini siswa
diharapkan mampu memiliki dan berperilaku dengan ukuran baik dan buruk yang
didasarkan pada ketentuan dan ketetapan agaman [18]. Beberapa kegiatan harian
yang terbukti bisa memupuk karakter religius peserta didik ialah kegiatan
shalat dhuha, peringatan hari besar keagamaan, dan kegiatan istighosah [19].
Jujur. Jujur merupakan salah satu perilaku yang
didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat
dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, baik terhadap dirinya maupun
pihak lain [20]. Penelitian sebelumnya menjabarkan ciri-ciri seorang anak dapat
dikatakan memiliki sikap jujur ialah ketika mereka mengerti mana milik pribadi
dan mana milik bersama, anak mampu merawat dan menjaga benda milik bersama,
anak terbiasa berkata hal yang sesungguhnya, serta anak terbiasa mengembalikan
barang yang dia pinjam [20].
Toleransi. Toleransi diartikan
sebagai sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis,
pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya [21].
Berikut beberapa prinsip toleransi yang dapat ditanamkan kepada peserta didik
di sekolah dasar ialah hidup menghormati dan jujur, memahami danmengakui diri
sendiri, tidak ada paksaan, tidak mementingkan diri sendiri maupun kelompok,
serta berpikir positif dan percaya [22]. Dengan ditanamkan sikap toleransi
sejak diri para sisw diharapkan akan mampu menjaga hubungan masyarakat agar
tetap harmonis di tengah perbedaan. Dengan adanya sikap toleransi, kenyamanan
dan ketentraman masyarakat akan terjaga tanpa adanya konflik tertentu. hal itu
dikarenakan sikap toleransi bertujuan untuk mencegah terjadinya perpecahan
akibat banyaknya perbedaan [21].
Kerja Keras. Menurut [20] kerja
keras merupakan perilaku yang mewujudkan upaya sungguh-sungguh dalam menghadapi
berbagai hambatan belajar dan tugas dengan sebaik-baiknya. Karakter kerja keras
perlu ditanamkan kepada peserta didik sejak dini, hal ini bertujuan untuk
membangun karakter peserta didik menjadi lebih baik dan mampu menghargai segala
sesuatu yang dimiliki meski nilainya kecil. Kerja keras membentuk kita menjadi
seorang yang lebih disiplin, tekun dan pantang menyerah [20].
Semangat Kebangsaan. Semangat kebangsaan
merupakan cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan
bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompok [22]. Beberapa peneliti
menyebutkan bahwa ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menanamkan
semangat kebangsaan pada siswa di sekolah ialah dengan melakukan refleksi
sejarah, perduli terhadap lingkungan sekitar, melalukan upacara bendera, memperkenalkan
dengan berbagai kearifan lokal yang ada, melalui pembelajaran PKn, melalui
pengenalan tokoh sejarah, dan melalui menghargai produk dalam negeri [23].
Penanaman nilai-nlai keangsaan penting untuk dilakukan agar tidak terjadi
konflik atau kecemburuan antar siswa, hal itu juga bisa memupuk rasa persatuan
dan kesatuan diantara siswa [24].
Nasionalisme. Penelitian [25]
menyebutkan nasionalisme sebagai cara berpikir, bersikap dan berbuat uang
menunjukkan kesetiaan, keperdulian dan penghargaan tinggi kepada bahasa,
lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan
kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompok. Wujud dari
karakter nasionalisme ialah seperti mencintaiproduk dalam negeri, mengikuti
upacara bender, belajar bersungguh-sungguh, menegmbangkan bakat dan minat,
tidak ikut tawuran, mentaati tata tertib sekolah, memerrkenalkan budaya bangsa
ke luar negeri, dan menjaga warisan budaya bangsa [24].
Perduli Lingkungan. Penelitian terdahulu
menjabarkan bahwa sikap perduli lingkungan merupakan perwujudan sikap manusia
terhadap lingkungan yang berupa tindakan dalam kehidupan sehari-hari yang
merupakan upaya untuk mencegah rusaknya lingkungan alam disekitarnya, serta
berusaha untuk memperbaiki segala kerusakn alam yang sudah terjadi [26].
Nilai-nilai karakter perduli lingkungan yang dapat kita ajarkan kepada peserta
didik di sekolah diantaranya adalah membersihkan WC, membersihkan tempat
sampah, membersihkan lingkungan sekilah, memperindah kelas dan lingkungan
sekolah dengan tanaman, dan ikut memelihara tanaman di halaman sekolah [27].
2) Bentuk Inovasi yang Dilakukan
Pendidikan karakter
bukanlah isu baru dalam dunia pendidikan [28]. Kehadirannya bersamaan dengan
keberadaan pendidikan di sekolah [29]. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa
pendidikan karakter memiliki sasaran yang sama yaitu ditujukan untuk
meningkatkan kualitas sikap dan perilaku peserta didik [28] [30] [31]. Namun,
menurut mereka, pendidikan karakter juga memiliki sifat kebaruan dalam metode
yang digunakan.
Implementasi pendidikan
karakter didasarkan pada anggapan bahwa orang dewasa mengetahui secara lebih baik
kebutuhan anak-anak di masa depan [32], terutama untuk memersiapkan anak-anak
dalam menghadapi berbagai persoalan hidup dan kemajemukan (pluralitas)
masyarakat [30]. Alasan strategis mengapa pendidikan karakter ditanamkan kepada
siswa di sekolah, karena melalui pendidikan formal nilai-nilai dapat ditanamkan
dalam materi-materi pelajaran yang disampaikan. Metode ini cukup efektif karena
siswa tanpa sadar telah melakukan dua kegiatan sekaligus yaitu menguasai materi
dan memupuk sikap karakter itu sendiri. Para peneliti terdahulu menyebutkan
setidaknya ada tiga alasan mengapa sekolah harus mendorong penerapan pendidikan
karakter. Pertama, setiap orang perlu memiliki karakter mulia agar dapat
berfungsi secara penuh sebagai manusia yang memiliki martabat jauh lebih tinggi
dibandingkan mahluk lainnya [28]. Kedua, sekolah merupakan tempat yang kondusif
dan lebih baik dibandingkan tempat-tempat lainnya untuk proses belajar-mengajar
[31]. Ketiga, merupakan tugas utama guru untuk mendahulukan membangun karakter dan
moralitas anak didik dibandingkan meningkatkan pengetahuan dan keahliannya
[33].
Banyak dari peneliti
terdahulu menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran yang paling cocok untuk
menerapkan pendidikan karakter di sekolah daasar ialah pendekatan otentik [17]
[24] [27] [33] [35]. Pendekatan otentik merupakan sebuah pendekatan
pembelajaran yang memungkinkan siswa menggali, mendiskusikan, dan membangun
secara bermakna konsep-konsep dan hubungan-hubungan yang melibatkan masalah
nyata dan proyek yang relevan dengan siswa [36]. Hal inilah yang menyebabkan
pengajaran karakter akan lebih mudah dipahami siswa apalagi jika digabungkan
dengan materi mengenai lingkungan atau kearifan lokal [24]. Penelitian [27]
telah membuktikan bahwa pembelajaran berbasis kearifan lokal mampu menjembatani
penanaman nilai-nilai karakter pada siswa sekolah dasar.
Selain dari segi metode
pembelajaran, konten materi ajar yang disampaikan juga sangat berpengaruh
terhadap sampai tidaknya pemahaman siswa terhadap pentingnya nilai karakter
yang sedang diajarkan [17]. Penelitian terdahulu menyebutkan ada karakteristik
beberapa mata pelajaran yang memang cocok untuk menyisipkan konten pendidikan
karakter untuk anak sekolah dasar, yang pertama yaitu mata pelajaran Ilmu
Pengetahuan Sosial [18] dan yang kedua adalah mate pelajaran Pendidikan
Kewarganegaraan [17]. Pendidikan Kewarganegaraan dipandang cocok untuk
menanamkan pendidikan karakter karena dalam pembelajaran PKn guru harus bisa
menerapkan kepasa peserta didik nilai-nilai moral sehingga dapar membentuk
pribasi siswa yang memiliki sikap jujur, toleransi, disiplin, kerja keras,
kreatif, kemandirian, sikap demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan,
cinta tanah air, menghargai, sikap bersahabat, cinta damai, gemar membaca,
perduli terhadap lingkungan, perduli sosial, rasa tanggung jawab, dan sekaligus
religius [28]. Dengan adanya
pendidikan PKn yang diwajibkan bagi sekolah dasar serta bagi seorang guru atau
pamong mampu memberikan teladan bagi murid-muridnya. Pendidikan PKn di SD juga
merupakan salah satu sarana yang tepat untuk mengimplementasikan nilai-nilai
dalam pendidikan karakter kepada peserta didik bila diterapkan di usia
dini,karena tujuan pendidikan PKn itu sendiri adalah untuk menciptakan peserta
didik menjadi warga negara yang demokratis dan berkarakter sesuai dengan
nilai-nilai yang terkandung dalam PANCASILA.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian
literatur ini dapat kita identifikasi bahwa inovasi pendidikan karakter di
sekolah dasar telah berhasil dilaksanakan, khususnya dengan menerapkan
pendekatan otentik dalam proses pembelajaran. Implementasi pendekatan otentik
bisa dipadukan dengan materi ajar PKn dan konten berbasis lingkungan sekitar
siswa atau konten berbasis kearifan lokal supaya penyampaian nilai-nilai
karakter akan terrsampaikan kepada siswa dengan lebih maksimal.
Daftar
Pustaka
[1] Darmaningtyas. (2004). Pendidikan yang Memiskinkan. Yogyakarta:
Galang Press.
[2] Irianto, Y. B. (2011). Kebijakan Pembaruan Pendidikan. Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada.
[3] Zakso, A. (2010).
Inovasi Pendidikan Di Indonesia Antara Harapan Dan Kenyataan. Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora Vol.1,
No.1 p.1-12.
[4] Muhaimin, d. (2009). Manajemen Pendidikan : Aplikasi dalam
Penyusunan Rencana Sekolah / Madrasah. Jakata: Kencana.
[5] Kusnandi. (2017). Model
Inovasi Pendidikan Dengan Strategi Implementasi Konsep “Dare To Be Different. Jurnal Wahana Pendidika, Vol.4, No.1,
p.1-8.
[6] Andriani, D. e. (2000).
Mutu Guru dan Implikasinya terhadap mutu pendidikan. Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol.1, No.1, p.22-36.
[7] Baharun, H. (2016).
Manajemen Kinerja Dalam Meningkatkan Competitive Advantage Pada Lembaga
Pendidikan. Jurnal Ilmu Tarbiyah
at-Tajdid Vol 5, No.2, p.1-10.
[8] Bahri, S. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter dalam
Mengatasi Krisis Moral di Sekolah. Ta’allum:
Jurnal Pendidikan Islam Vol.3, No.1, p.57-76.
[9] Baharun, H. (2017).
Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan Kepala Madrasah. Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid” Vol.6,
No.1, p.15-21.
[10] Shufa, NKF. (2018).
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah Dasar: Sebuah kerangka
Konseptual. Jurnal INOPENDAS Vol.1,
No.1, p.16-25.
[11] Baharum, H. (2016).
Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Lingkungan Melalui Model Assure. Jurnal Cendekia Vol.14, No.2, pp.1-16.
[12] Maryono, M., Budiono, H., & Okha, R. (2018).
Implementasi Pendidikan Karakter Mandiri Di Sekolah Dasar. Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Vol.3,
No,1, p.20-38.
[13] Ramdhani, A. (2014). Lingkungan Pendidikan dalam
Implementasi Pendidikan Karakter. Jurnal
Pendidikan UNIGA Vol.8, No.1, p.12-24.
[14] D. Moher et al. (2015).
“Preferred reporting items for systematic review and meta-analysis protocols
(prisma-p) 2015 statement, “Syst. Rev., Vol.4, No.1, p. 1-9.
[15] D. Moher, A. Liberati,
J. Tetzlaf, D. G. Altman, and P. Grp. (2015).“Preferred Reporting items for
Systematic Reviews and Meta-Analyses: the PRISMA Statement (Reprinted from
Annals of Internal medicine), Phys, Ther., Vol.89, No.9, p.873-880.
[16] Dila, K. A. S. (2012).
Telaah Kritis Artikel Review Sistematik Dan Meta Analisis.
[17] Priyatna, M. (2016).
Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan Islam Vol.5, No.1, p.1-26.
[18] Suyitno, I. (2012).
Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa Berwawasan Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan karakter Vol.2, No.1,
p.1-13.
[19] Anshori, I. (2017).
Penguatan Pendidikan Karakter di Madrasah. Islamic
Education Journal Vol.1, No.2, p.63-74.
[20] Oktari DP, & Aceng
Kosasih. (2019). Pendidikan Karakter Religius dan Mandiri di Pesantren. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial Vol.28,
No.1, p.1-11.
[21] Fajarini, U. (2014).
Peranan Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter. Jurnal Sosio Didaktika, Vol.1, No.2, p.23-31.
[22] Rachmadyanti, P. (2017).
Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Siswa Sekolah Dasar melalui Kearifan Lokal. Jurnal JPSD Vol.3, No.2, p.201-214.
[23] Wuryandani, W. (2020).
Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Pembelajaran untuk Menanamkan
Nasionalisme di Sekolah Dasar. Proceding Seminar Nasional Lembaga Penelitian
UNY, 1–10.
[24] Rukiyati &
Purwastuti LA. (2015). Model Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal pada
SekolahDasar di Banytul Yogyakarta. Jurnal
Pendidikan Karakter Vol.6, No.1, p.130-142.
[25] Sari, N. (2013).
Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal untuk Membentuk Karakter Siswa Sekolah
Dasar. Journal of Chemical Information
and Modeling Vol.53, No.9, p.1689-1699.
[26] Miranti, A, dkk. (2021)
Representasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal dalam Motif Batik
Wahyu Ngawiyatan sebagai Muatan Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu Vol.5, No.2, p.546-560.
[27] Faiz, A., & Bukhori,
S. (2021). Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Inovasi pembelajaran Vol.7, No.1,
p.68-78.
[28] Saihu. (2019).
Pendidikan karakter berbasis Kearifan Lokal (Studi di Jembrana Bali). Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam Vol.8,
No. 1, p.69-90.
[29] Ramdani, E. (2018).
Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal sebagai Penguatan
Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan
Ilmu-Ilmu Sosial Vol.10, No.1, p.1-10.
[30] Rosala, D. (2016).
Pembelajaran Seni Budaya berbasis Kearifan Lokal dalam Upaya Membangun
pendidikan Karakter Siswa di Sekolah dasar. Jurnal
RITME Vol.2, No.1, p.17-26.
[31] Hidayat, Y., dkk.
(2019). Transformasi Kearifan lokal Jawa dalam pendidikan Karakter Sekolah
Dasar. AULADUNA: Jurnal Pendidikan Islam
Vol.6, No.1, p.50-61.
[32] Sukadari., dkk. (2015).
Penelitian Etnografi tentang Budaya Sekolah dalam pendidikan Karakter di
Sekolah Dasar. Jurnal Penmbangunan
Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Vol.3, No.1, p.58-68.
[33] Kanji, H., dkk. (2019).
Model Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial
di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar
Perkhasa Vol.5, N0.2, p.104-115.
[34] Muktadir, A., &
Agustrianto. (2014). Pengembangan Model Pembelajaran Muatan Lokal Berbasis
Kearifan Lokal untuk Meningkatkan karakter di Sekolah Dasar Provinsi Bengkulu. Jurnal Pendidikan Karakter Vol.4, No.3,
p.318-331.
[35] Sumayana, Y. (2017).
Pembelajaran di Sekolah di Sekolah Dasar berbasis Kearifan Lokal (Cerita
Rakyat). Jurnal Mimbar Sekolah Dasar Vol.4,
No.1, p.21-28.
[36]
Wantini, IAKM., dkk. (2014). Pengaruh
Implementasi Pendekatan Saintifik Terhadap Sikap Sosial dan Hasil Belajar PKn
di Kelas IV SD Jembatan Budaya, Kuta. Jurnal
Pendidikan Dasar Ganesha Vol.4. No.1. p.1-13.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar