Selasa, 07 Desember 2021

INOVASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PKn BERBASIS KEARIFAN LOKAL

 

INOVASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI PEMBELAJARAN PKn BERBASIS KEARIFAN LOKAL

Bherrio Dwi Saputra

21706261009

 

Disusun sebagai tugas pada Mata Kuliah Filsafat Pendidikan Sekolah Dasar

yang diampu oleh Prof. Dr. Marsigit M.A

 

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mendalami pengaruh inovasi pendidikan karakter melalui pembelajaran berbasis kearifan lokal. Pengaruh tersebut akan diteliti berdasarkan hasil penelitian terdahulu. Penelitian ini merupakan penelitian meta-analisis. Meta analisis ialah  kajian atas sejumlah hasil penelitian mengenai permasalahan serupa. Unit analisis dalam penelitian adalah dokumen-dokumen tertulis  yang berkaitan dengan inovasi pendidikan yang berupa artikel jurnal yang diambil secara purposive berdasarkan kesesuaian dengan tema penelitian. Instrumen utama penelitian ini ada peneliti sendiri dibantu panduan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah analisis data kualitatif untuk data-data hasil kajian naratif terhadap hasil penelitian yang dikaji. Hasil penelitian menunjukkan bahwa inovasi dalam pembelajaran berbasis kearifan lokal berperan dalam menumbuhkan pendidikan karakter siswa sekolah dasar.

Kata Kunci: inovasi, karakter, PKn, kearifan lokal.

 

A.  Latar Belakang

Pesatnya perkembangan teknologi di seluruh dunia berdampak pada berbagai lini kehidupan, termasuk pada sektor pendidikan. Pendidikan diartikan sebagai sebuah usaha sadar dan sistematis yang bertujuan untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik [1]. Pendidikan merupakan sarana dan media krusial untuk mengajarkan norma, mensosialisasikan nilai, dan menanamkan etos kerja dikalangan warga-masyarkat. Pendidikan juga merupakan bagian dari instrument untuk membangun dan memupuk kepribadian bangsa, memperkuat identitas nasional, dan memantapkan jati diri bangsa. Pendidikan dapat menjadi sarana strategis untuk membangun kesadaran sebagai warga negara dengan mengukuhkan ikatan-ikatan sosial, tetap menghargai keragaman budaya, ras, suku-bangsa, agama, sehingga dapat memantapkan keutuhan nasional sebagai gambaran warga negara yang berkarakter [2].

Kehidupan di era global dengan berbagai persoalan telah menuntut berbagai perubahan dalam bidang pendidikan. Iklim kehidupan berbangsa dan bernegara yang kurang kondusif, dan cenderung mengarah pada kebebasan yang kurang terkendali telah menimbulkan berbagai permasalahan dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk pendidikan. Hal ini bisa menimbulkan berbagai permasalah sosial, apalagi terkait dengan sistem pendidikan di Indonesia yang masih dalam proses penataan, baik secara kualitas, kuantitas, maupun kaitannya dengan efektivitas dan relevansi pendidikan [3]. Oleh karena itu perlu adanya inovasi sebagai solusi peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia. Inovasi pendidikan merupakan pembaharuan dalam pendidikan untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan [4]. Inovasi ini dapat berupa ide, barang, metode yang dirasakan atau diamati sebagai hal baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan atau untuk memecahkan masalah-masalah pendidikan [5]. Inovasi dalam pendidikan dibagi menjadi dua model, yaitu: a) Top-down, yaitu model inovasi pendidikan yang diciptakan oleh pihak tertentu sebagai pimpinan/atasan yang diterapkan kepada bawahan; seperti halnya inovasi pendidikan yang dilakukan oleh Kementerian Pendidikan Nasional selama ini. b) Bottom-up, yaitu model inovasi yang berasal dan bersumber dari bawah dan dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan penyelenggaraan dan mutu pendidikan [3].

Penyempurnaan kurikulum merupakan salah satu model inovasi top-down yang tengah dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Adapun bentuk inovasi kurikulum itu ialah dengan mengubah pola penyelenggaraan pendidikan yang sentralistik, monolitik dan uniformistik, menjadi lebih demokratis [6]. Kurikulum yang bersifat sentralistik seperti ini dirasa sangat menghambat inovasi dan mempengaruhi output pendidikan, sebab kurikulum yang terpusat hanya akan menghasilkan output manusia yang kurang berkarakter [7]. Kuranganya pendidikan karakter ini juga merupakan salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia [8]. Oleh karena itu kementrian pendidikan dan kebudayaan mengeluarkan Permendikbud tahun 2018 tentang penguatan pendidikan karakter di Indonesia. Sedangkan tuntutan guru untuk mampu melaksanakan pembelajaran dengan cara baru dan menarik merupakan salah satu model inovasi bottom-up di Indonesia [9]. Guru harus mampu menghadirkan suasana belajar menyenangkan dan kontekstual atau dekat dengan lingkungan siswa, sehingga pemahaman siswa dalam kegiatan belajar akan semakin mudah [10]. Salah satu penerapan pembelajaran berbasis lingkungan salah satunya adalah dengan mengenalkan berbagai kearifan lokal yang ada di daerah tempat tinggal siswa [11]. Kearifan lokal merupakan pandangan hidup dan ilmu pengetahuan serta berbagai strategi kehidupan yang bewujud aktifitas yang dilakukan oleh masyarakat lokal dalam menjawab berbagai maslah dalam pemenuhan kebutuhan mereka [11]. Mengenalkan kearifan lokal sejak dini akan mampu menumbuhkan kecintaan generasi muda terhadap bangsa dan negaranya [11].

Meskipun pemerintah telah memberika solusi dengan dikeluarkannya peraturan-peraturan diatas, namun hal tersebut menghadapi beberapa kendala yang dihadapi guru salah satunya bahwa nilai-nilai karakter yang dikembangkan  di sekolah belum dijabarkan dalam indikator yang representatif [12]. Indikator yang tidak representatif menyebabkan kesulitan dalam mengukur ketercapaiannya. Guru juga masih kesulitan menghadirkan konsep pembelajaran berbasis lingkungan, khususnya dalam menghadirkan bahan ajar berupa buku [13]. Beberapa alasana tersebut menunjukan perlu dilakukannya tinjauan dan kajian literatur untuk memungkinkan saran arahan yang tepat dalam mengakomodir belum maksimalnya pendidikan karakter di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini memilih kajian pustaka sistematis untuk mengumpulkan data dan meningkatkan pemanfaatan inovasi dalam pendidikan karakter berbasis lingkungan hidup. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi bentuk inovasi pendidikan dan model pembelajaran seperti apa yang terbukti dapat meningkatkan karakter siswa SD.

 

B.  Metode

Desain penelitian ini menggunakan Meta-analisis. Meta-analisis merupakan suatu teknik statistika yang mengabungkan dua atau lebih penelitian sejenis sehingga diperoleh paduan data baru. Meta analisis merupakan studi dengan cara menganalisis data yang berasal dari studi primer [14]. Hasil analisis studi primer dipakai sebagai dasar untuk menerima atau mendukung hipotesis, menolak atau menggugurkan hipotesis yang diajukan oleh beberapa peneliti [15]. Meta analisis merupakan teknik yang digunakan untuk merangkum berbagai hasil penelitian secara kuantitatif dengan cara mencari nilai effect size. Effect size adalah penggabungan dari masing-masing penelitian yang digunakan sebagai sumber data pada penelitian meta analisis, dengan melakukan teknik statistika tertentu [16]. Jadi, dalam kegiatan penelitian meta analisis, data diperoleh dari hasil-hasil penelitian primer yang membahas permasalahan sejenis, untuk kemudian dianalisis hingga menghasilkan suatu kesimpulan umum.

Penelitian ini membatasi kriteria dalam database untuk menentukan bahwa semua artikel yang disertakan sesuai untuk menjawab pertanyaan penelitian “Inovasi pendidikan dan pembelajaran PKn di Sekolah Dasar”. Adapun Batasan penelitian ini adalah: 1) diterbitkan 10 tahun terakhir, 2) fokus pada pendidikan karakter dan kearifan lokal, dan 3) diterbitkan dalam jurnal akademik dan artikel prosiding yang sudah melalui proses review.

 

Gambar 1. Tahapan Penyaringan dan Penilaian Kelayakan untuk Analisis Data

 

Penelitian in dilakukan dalam beberapa tahapan. Pertama, menyaring sebanyak-banyaknya artikel yang sesuai dengan kriteria. Pada tahap ini, peneliti berhasil mengumpulkan sebanyak 57 artikel yang sesuai dengan tema. Kedua, melakukan proses penyaringan selanjutnya melalui abstrak. Pada tahap ini peneliti berhasil menyaring 33 artikel. Ketiga, melakukan membaca mendalam pada setiap artikel. Setelah membaca keseluruhan artikel peneliti memilih 20 artikel yang dianggap paling cocok untuk dianalisa lebih lanjut. Artikel yang sesuai dengan kriteria kemudian dikelompokkan berdasarkan beberapa kode: tipe artikel, bidang studi, metode, tahun terbit. Tahap selanjutnya ialah proses review yang dilakukan dengan menganalisis isi dari setiap artikel.

Tabel 1. Karakteristik Penelitian yang Terlibat (N=18)

Karakteristik

Jumlah artikel

Tipe Artikel

     Artikel Jurnal

     Prosiding seminar

 

18

2

Bidang Studi

     IPS

     PKn

 

7

13

Metode

     Study Kasus

     Deskriptif

     Survey

     Observasi

     Etnopedagogy

 

5

2

4

4

5

Tahun Terbit

     2012

     2013

     2014

     2015

     2016

     2017

     2018

     2019

     2021

 

1

1

3

2

1

2

1

2

2

 

Peneliti menerapkan beberapa kriteria tertentu yang relate dengan batasan penelitian, hal ini bertujuan agar artikel yang digunakan benar-benar bisa menjawab pertanyaan penelitian.

C.  Pembahasan Hasil

Penelitian ini menggunakan analisis isi kualitatif untuk membangun gambaran umum mengenai bagaimana konsep penerapan inovasi pendidikan karakter berbasis kearifan lokal di sekolah dasar. Analisis dilakukan dengan cara mengungkapkan kosep utama dari setiap artikel yang telah dipilih. Tidak ada batasan jumlah artikel untuk setiap konsep yang muncul, sehingga satu artikel bisa saja memiliki lebih dari satu konsep.

1)      Pendidikan karakter yang berhasil dikuatkan

Pendidikan karakter merupakan usaha yang terencana untuk membangun karakter individu agar nantinya menjadi pribadi yang bermanfaat baik untuk diri sendiri maupun untuk orang banyak [17]. Penelitian terkait pendidikan karakter masif dilakukan dalam beberapa tahun terakhir, hal ini terkait dengan adanya tuntutan untuk menanamkan pendidikan karakter di sekolah [18]. Dalam lingkup pendidikan formal, pendidikan karakter di sekolah berfungsi untuk membentuk karakter peserta didik agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia, bermoral, tangguh, berperilaku baik dan toleran. Adapun fungsi utama pendidikan karakter di sekolah ialah 1) untuk membentuk dan mengembangkan potendi peserta didik agar mereka mampu mengembangkan potensi dalam dirinya untuk berpikir baik, berhti nurani baik, berperilaku baik dan berbudi luhur; 2) untuk penguatan dan perbaikan yaitu memperbaiki dan menguatkan peran individu, keluarga, satuan pendidikan, masyarakat dan pemerintah untuk melaksanakan tanggung jawabnya dan berpartisipasi dalam mengembangkan potensi kelompok, instansi atau masyarakat secara umum; 3) fungsi penyaringan digunakan agar masyarakat dapat memilih dan memilah budaya bangsa sendiri, dapat menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai karakter dan budaya bangsa yang berbudi luhur [17]. Adapun nilai karakter yang berhasil dikuatkan melalui inovasi pendidikan ialah sebagai berikut.

Religius. Pendidikan karakter religius merupakan usaha aktif untuk membentuk suatu sikap perilaku yang patuh dalam melaksanakan ajaran agama yang dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun dengan memeluk agama lain [18]. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa karakter religius ini sangat dibutuhkan oleh siswa dalam menghadapi perubahan zaman dan degradasi moral, dalam hal ini siswa diharapkan mampu memiliki dan berperilaku dengan ukuran baik dan buruk yang didasarkan pada ketentuan dan ketetapan agaman [18]. Beberapa kegiatan harian yang terbukti bisa memupuk karakter religius peserta didik ialah kegiatan shalat dhuha, peringatan hari besar keagamaan, dan kegiatan istighosah [19].

Jujur. Jujur merupakan salah satu perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan dan pekerjaan, baik terhadap dirinya maupun pihak lain [20]. Penelitian sebelumnya menjabarkan ciri-ciri seorang anak dapat dikatakan memiliki sikap jujur ialah ketika mereka mengerti mana milik pribadi dan mana milik bersama, anak mampu merawat dan menjaga benda milik bersama, anak terbiasa berkata hal yang sesungguhnya, serta anak terbiasa mengembalikan barang yang dia pinjam [20].

Toleransi. Toleransi diartikan sebagai sikap dan tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya [21]. Berikut beberapa prinsip toleransi yang dapat ditanamkan kepada peserta didik di sekolah dasar ialah hidup menghormati dan jujur, memahami danmengakui diri sendiri, tidak ada paksaan, tidak mementingkan diri sendiri maupun kelompok, serta berpikir positif dan percaya [22]. Dengan ditanamkan sikap toleransi sejak diri para sisw diharapkan akan mampu menjaga hubungan masyarakat agar tetap harmonis di tengah perbedaan. Dengan adanya sikap toleransi, kenyamanan dan ketentraman masyarakat akan terjaga tanpa adanya konflik tertentu. hal itu dikarenakan sikap toleransi bertujuan untuk mencegah terjadinya perpecahan akibat banyaknya perbedaan [21].

Kerja Keras. Menurut [20] kerja keras merupakan perilaku yang mewujudkan upaya sungguh-sungguh dalam menghadapi berbagai hambatan belajar dan tugas dengan sebaik-baiknya. Karakter kerja keras perlu ditanamkan kepada peserta didik sejak dini, hal ini bertujuan untuk membangun karakter peserta didik menjadi lebih baik dan mampu menghargai segala sesuatu yang dimiliki meski nilainya kecil. Kerja keras membentuk kita menjadi seorang yang lebih disiplin, tekun dan pantang menyerah [20].

Semangat Kebangsaan. Semangat kebangsaan merupakan cara berpikir, bertindak dan berwawasan yang menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompok [22]. Beberapa peneliti menyebutkan bahwa ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menanamkan semangat kebangsaan pada siswa di sekolah ialah dengan melakukan refleksi sejarah, perduli terhadap lingkungan sekitar, melalukan upacara bendera, memperkenalkan dengan berbagai kearifan lokal yang ada, melalui pembelajaran PKn, melalui pengenalan tokoh sejarah, dan melalui menghargai produk dalam negeri [23]. Penanaman nilai-nlai keangsaan penting untuk dilakukan agar tidak terjadi konflik atau kecemburuan antar siswa, hal itu juga bisa memupuk rasa persatuan dan kesatuan diantara siswa [24].

Nasionalisme. Penelitian [25] menyebutkan nasionalisme sebagai cara berpikir, bersikap dan berbuat uang menunjukkan kesetiaan, keperdulian dan penghargaan tinggi kepada bahasa, lingkungan, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa, menempatkan kepentingan bangsa dan negara diatas kepentingan diri dan kelompok. Wujud dari karakter nasionalisme ialah seperti mencintaiproduk dalam negeri, mengikuti upacara bender, belajar bersungguh-sungguh, menegmbangkan bakat dan minat, tidak ikut tawuran, mentaati tata tertib sekolah, memerrkenalkan budaya bangsa ke luar negeri, dan menjaga warisan budaya bangsa [24].

Perduli Lingkungan. Penelitian terdahulu menjabarkan bahwa sikap perduli lingkungan merupakan perwujudan sikap manusia terhadap lingkungan yang berupa tindakan dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan upaya untuk mencegah rusaknya lingkungan alam disekitarnya, serta berusaha untuk memperbaiki segala kerusakn alam yang sudah terjadi [26]. Nilai-nilai karakter perduli lingkungan yang dapat kita ajarkan kepada peserta didik di sekolah diantaranya adalah membersihkan WC, membersihkan tempat sampah, membersihkan lingkungan sekilah, memperindah kelas dan lingkungan sekolah dengan tanaman, dan ikut memelihara tanaman di halaman sekolah [27].

 

2)      Bentuk Inovasi yang Dilakukan

Pendidikan karakter bukanlah isu baru dalam dunia pendidikan [28]. Kehadirannya bersamaan dengan keberadaan pendidikan di sekolah [29]. Beberapa penelitian menjelaskan bahwa pendidikan karakter memiliki sasaran yang sama yaitu ditujukan untuk meningkatkan kualitas sikap dan perilaku peserta didik [28] [30] [31]. Namun, menurut mereka, pendidikan karakter juga memiliki sifat kebaruan dalam metode yang digunakan.

Implementasi pendidikan karakter didasarkan pada anggapan bahwa orang dewasa mengetahui secara lebih baik kebutuhan anak-anak di masa depan [32], terutama untuk memersiapkan anak-anak dalam menghadapi berbagai persoalan hidup dan kemajemukan (pluralitas) masyarakat [30]. Alasan strategis mengapa pendidikan karakter ditanamkan kepada siswa di sekolah, karena melalui pendidikan formal nilai-nilai dapat ditanamkan dalam materi-materi pelajaran yang disampaikan. Metode ini cukup efektif karena siswa tanpa sadar telah melakukan dua kegiatan sekaligus yaitu menguasai materi dan memupuk sikap karakter itu sendiri. Para peneliti terdahulu menyebutkan setidaknya ada tiga alasan mengapa sekolah harus mendorong penerapan pendidikan karakter. Pertama, setiap orang perlu memiliki karakter mulia agar dapat berfungsi secara penuh sebagai manusia yang memiliki martabat jauh lebih tinggi dibandingkan mahluk lainnya [28]. Kedua, sekolah merupakan tempat yang kondusif dan lebih baik dibandingkan tempat-tempat lainnya untuk proses belajar-mengajar [31]. Ketiga, merupakan tugas utama guru untuk mendahulukan membangun karakter dan moralitas anak didik dibandingkan meningkatkan pengetahuan dan keahliannya [33].

Banyak dari peneliti terdahulu menyatakan bahwa pendekatan pembelajaran yang paling cocok untuk menerapkan pendidikan karakter di sekolah daasar ialah pendekatan otentik [17] [24] [27] [33] [35]. Pendekatan otentik merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang memungkinkan siswa menggali, mendiskusikan, dan membangun secara bermakna konsep-konsep dan hubungan-hubungan yang melibatkan masalah nyata dan proyek yang relevan dengan siswa [36]. Hal inilah yang menyebabkan pengajaran karakter akan lebih mudah dipahami siswa apalagi jika digabungkan dengan materi mengenai lingkungan atau kearifan lokal [24]. Penelitian [27] telah membuktikan bahwa pembelajaran berbasis kearifan lokal mampu menjembatani penanaman nilai-nilai karakter pada siswa sekolah dasar.

Selain dari segi metode pembelajaran, konten materi ajar yang disampaikan juga sangat berpengaruh terhadap sampai tidaknya pemahaman siswa terhadap pentingnya nilai karakter yang sedang diajarkan [17]. Penelitian terdahulu menyebutkan ada karakteristik beberapa mata pelajaran yang memang cocok untuk menyisipkan konten pendidikan karakter untuk anak sekolah dasar, yang pertama yaitu mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial [18] dan yang kedua adalah mate pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan [17]. Pendidikan Kewarganegaraan dipandang cocok untuk menanamkan pendidikan karakter karena dalam pembelajaran PKn guru harus bisa menerapkan kepasa peserta didik nilai-nilai moral sehingga dapar membentuk pribasi siswa yang memiliki sikap jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, kemandirian, sikap demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air, menghargai, sikap bersahabat, cinta damai, gemar membaca, perduli terhadap lingkungan, perduli sosial, rasa tanggung jawab, dan sekaligus religius [28]. Dengan adanya pendidikan PKn yang diwajibkan bagi sekolah dasar serta bagi seorang guru atau pamong mampu memberikan teladan bagi murid-muridnya. Pendidikan PKn di SD juga merupakan salah satu sarana yang tepat untuk mengimplementasikan nilai-nilai dalam pendidikan karakter kepada peserta didik bila diterapkan di usia dini,karena tujuan pendidikan PKn itu sendiri adalah untuk menciptakan peserta didik  menjadi warga negara yang demokratis dan berkarakter sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam PANCASILA.

 

D.  Kesimpulan

Berdasarkan hasil kajian literatur ini dapat kita identifikasi bahwa inovasi pendidikan karakter di sekolah dasar telah berhasil dilaksanakan, khususnya dengan menerapkan pendekatan otentik dalam proses pembelajaran. Implementasi pendekatan otentik bisa dipadukan dengan materi ajar PKn dan konten berbasis lingkungan sekitar siswa atau konten berbasis kearifan lokal supaya penyampaian nilai-nilai karakter akan terrsampaikan kepada siswa dengan lebih maksimal.

 

Daftar Pustaka

[1]       Darmaningtyas. (2004). Pendidikan yang Memiskinkan. Yogyakarta: Galang Press.

[2]       Irianto, Y. B. (2011). Kebijakan Pembaruan Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

[3]       Zakso, A. (2010). Inovasi Pendidikan Di Indonesia Antara Harapan Dan Kenyataan. Jurnal Pendidikan Sosiologi dan Humaniora Vol.1, No.1 p.1-12.

[4]       Muhaimin, d. (2009). Manajemen Pendidikan : Aplikasi dalam Penyusunan Rencana Sekolah / Madrasah. Jakata: Kencana.

[5]       Kusnandi. (2017). Model Inovasi Pendidikan Dengan Strategi Implementasi Konsep “Dare To Be Different. Jurnal Wahana Pendidika, Vol.4, No.1, p.1-8.

[6]       Andriani, D. e. (2000). Mutu Guru dan Implikasinya terhadap mutu pendidikan. Jurnal Manajemen Pendidikan, Vol.1, No.1, p.22-36.

[7]       Baharun, H. (2016). Manajemen Kinerja Dalam Meningkatkan Competitive Advantage Pada Lembaga Pendidikan. Jurnal Ilmu Tarbiyah at-Tajdid Vol 5, No.2, p.1-10.

[8]       Bahri, S. (2015). Implementasi Pendidikan Karakter dalam Mengatasi Krisis Moral di Sekolah. Ta’allum: Jurnal Pendidikan Islam Vol.3, No.1, p.57-76.

[9]       Baharun, H. (2017). Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Sistem Kepemimpinan Kepala Madrasah. Jurnal Ilmu Tarbiyah “At-Tajdid” Vol.6, No.1, p.15-21.

[10]       Shufa, NKF. (2018). Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal di Sekolah Dasar: Sebuah kerangka Konseptual. Jurnal INOPENDAS Vol.1, No.1, p.16-25.

[11]       Baharum, H. (2016). Pengembangan Media Pembelajaran PAI Berbasis Lingkungan Melalui Model Assure. Jurnal Cendekia Vol.14, No.2, pp.1-16.

[12]       Maryono, M., Budiono, H., & Okha, R. (2018). Implementasi Pendidikan Karakter Mandiri Di Sekolah Dasar. Jurnal Gentala Pendidikan Dasar Vol.3, No,1, p.20-38.

[13]       Ramdhani, A. (2014). Lingkungan Pendidikan dalam Implementasi Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan UNIGA Vol.8, No.1, p.12-24.

[14]       D. Moher et al. (2015). “Preferred reporting items for systematic review and meta-analysis protocols (prisma-p) 2015 statement, “Syst. Rev., Vol.4, No.1, p. 1-9.

[15]       D. Moher, A. Liberati, J. Tetzlaf, D. G. Altman, and P. Grp. (2015).“Preferred Reporting items for Systematic Reviews and Meta-Analyses: the PRISMA Statement (Reprinted from Annals of Internal medicine), Phys, Ther., Vol.89, No.9, p.873-880.

[16]       Dila, K. A. S. (2012). Telaah Kritis Artikel Review Sistematik Dan Meta Analisis.

[17]       Priyatna, M. (2016). Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan Islam Vol.5, No.1, p.1-26.

[18]       Suyitno, I. (2012). Pengembangan Pendidikan Karakter dan Budaya Bangsa Berwawasan Kearifan Lokal. Jurnal Pendidikan karakter Vol.2, No.1, p.1-13.

[19]       Anshori, I. (2017). Penguatan Pendidikan Karakter di Madrasah. Islamic Education Journal Vol.1, No.2, p.63-74.

[20]       Oktari DP, & Aceng Kosasih. (2019). Pendidikan Karakter Religius dan Mandiri di Pesantren. Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial Vol.28, No.1, p.1-11.

[21]       Fajarini, U. (2014). Peranan Kearifan Lokal dalam Pendidikan Karakter. Jurnal Sosio Didaktika, Vol.1, No.2, p.23-31.

[22]       Rachmadyanti, P. (2017). Penguatan Pendidikan Karakter Bagi Siswa Sekolah Dasar melalui Kearifan Lokal. Jurnal JPSD Vol.3, No.2, p.201-214.

[23]       Wuryandani, W. (2020). Integrasi Nilai-Nilai Kearifan Lokal dalam Pembelajaran untuk Menanamkan Nasionalisme di Sekolah Dasar. Proceding Seminar Nasional Lembaga Penelitian UNY, 1–10.

[24]       Rukiyati & Purwastuti LA. (2015). Model Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal pada SekolahDasar di Banytul Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Karakter Vol.6, No.1, p.130-142.

[25]       Sari, N. (2013). Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal untuk Membentuk Karakter Siswa Sekolah Dasar. Journal of Chemical Information and Modeling Vol.53, No.9, p.1689-1699.

[26]       Miranti, A, dkk. (2021) Representasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal dalam Motif Batik Wahyu Ngawiyatan sebagai Muatan Pendidikan Seni Rupa di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu Vol.5, No.2, p.546-560.

[27]       Faiz, A., & Bukhori, S. (2021). Implementasi Pendidikan Karakter Berbasis Kearifan Lokal. Jurnal Inovasi pembelajaran Vol.7, No.1, p.68-78.

[28]       Saihu. (2019). Pendidikan karakter berbasis Kearifan Lokal (Studi di Jembrana Bali). Edukasi Islami: Jurnal Pendidikan Islam Vol.8, No. 1, p.69-90.

[29]       Ramdani, E. (2018). Model Pembelajaran Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal sebagai Penguatan Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial Vol.10, No.1, p.1-10.

[30]       Rosala, D. (2016). Pembelajaran Seni Budaya berbasis Kearifan Lokal dalam Upaya Membangun pendidikan Karakter Siswa di Sekolah dasar. Jurnal RITME Vol.2, No.1, p.17-26.

[31]       Hidayat, Y., dkk. (2019). Transformasi Kearifan lokal Jawa dalam pendidikan Karakter Sekolah Dasar. AULADUNA: Jurnal Pendidikan Islam Vol.6, No.1, p.50-61.

[32]       Sukadari., dkk. (2015). Penelitian Etnografi tentang Budaya Sekolah dalam pendidikan Karakter di Sekolah Dasar. Jurnal Penmbangunan Pendidikan: Fondasi dan Aplikasi Vol.3, No.1, p.58-68.

[33]       Kanji, H., dkk. (2019). Model Integrasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar. Jurnal Pendidikan Dasar Perkhasa Vol.5, N0.2, p.104-115.

[34]       Muktadir, A., & Agustrianto. (2014). Pengembangan Model Pembelajaran Muatan Lokal Berbasis Kearifan Lokal untuk Meningkatkan karakter di Sekolah Dasar Provinsi Bengkulu. Jurnal Pendidikan Karakter Vol.4, No.3, p.318-331.

[35]       Sumayana, Y. (2017). Pembelajaran di Sekolah di Sekolah Dasar berbasis Kearifan Lokal (Cerita Rakyat). Jurnal Mimbar Sekolah Dasar Vol.4, No.1, p.21-28.

[36]       Wantini, IAKM., dkk. (2014). Pengaruh Implementasi Pendekatan Saintifik Terhadap Sikap Sosial dan Hasil Belajar PKn di Kelas IV SD Jembatan Budaya, Kuta. Jurnal Pendidikan Dasar Ganesha Vol.4. No.1. p.1-13.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biodata Diri

 DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI  Nama Lengkap : Bherrio Dwi Saputra S.Pd, M.Pd  Tempat, Tanggal, Lahir : Sragen, 18 September 1994  Jenis...