Jumat, 29 Oktober 2021

Biodata Diri




Bherrio Dwi Saputra, S.Pd
Sragen 18 September 1994
 Manajemen Pendidikan
Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa
Yogyakarta
 
https://www.instagram.com/bherriodwisaputra/https://path.com/59c69e56d4741d26d5beda50https://plus.google.com/+Bherriodwisaputra?hl=id

The Philosophy of Mathematics Education

 

 

 

 

 

Dalam bukunya Paul Ernest yang berjudul The Philosophy of Mathematics Education menjelaskan bahwa dalam peta pendidikan yang dibuatnya ada lima ideologi yang menjadi karakter suatu bangsa. Lima ideologi pengajaran matematika adalah industrial trainer, technological pragmatism, old humanist, progressive educator, dan public educator

 

industrial trainer

Orang-orang ini berpendapat bahwa hal-hal yang dilakukan untuk kepentingan industri termasuk pendidikan, ditujukan untuk hal-hal yang dapat diubah oleh siswa menjadi pekerja. Sisi kemanusiaan orang-orang ini mengurangi kebutuhan siswa dengan memberdayakan siswa melalui pembelajaran matematika yang menjadi dasar persiapan untuk dunia kerja. Matematika merupakan landasan ilmu bagi sumber pengetahuan lainnya. Saat ini Kurikulum 2013 hadir untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya kepribadian dan kewirausahaan pada peserta didik agar kelak memiliki kecakapan hidup untuk menghadapi tantangan globalisasi. Bagi pembangun industrial trainer teori sosial yang menginginkan siswa menjadi pemimpin yang kuat relevan dengan prinsip-prinsip kurikulum 2013. Siswa, menurut sifat teori ini adalah bejana kosong.

Tujuan pengajaran matematika dalam kelompok ini adalah untuk kembali ke dasar, dengan siswa diharuskan memiliki keterampilan pedagogis dasar. Teori belajar yang digunakan adalah kerja keras, tugas, praktek, hafalan sedangkan teori pengajaran yang digunakan adalah transfer pengetahuan. Dalam hal ini guru memberikan pengetahuan kepada siswa sehingga guru dan siswa memiliki pemahaman yang sama. Guru adalah sumber belajar dalam teori ini, evaluasi dalam Industrial Trainer bersifat otoriter, lapisan masyarakat atas bertugas mengontrol dan mengontrol lapisan bawah. Keragaman sosial tidak menjadi masalah dalam matematika kecuali siswa membutuhkan pengelompokan dalam keterampilan matematika.

 

technological pragmatism

Dalam Ideologi ini merupakan sikap dan perilaku yang tidak menginginkan adanya perubahan mendasar dalam suatu sistem. Sikap kaum konservatif ini cenderung mempertahankan dan mempertahankan sistem yang ada. Bahkan ketika seseorang melakukan perubahan, biasanya terjadi karena tekanan dari pihak ketiga atau karena mereka sudah dalam kondisi mendesak atau kritis. Ideologi ini memandang matematika sebagai ilmu kebenaran dimana kebenaran suatu ilmu dibandingkan dengan rasionalisme dan empirisme, sehingga kebenaran ilmu bersifat empiris dan rasional. Proses pembelajaran matematika pada kurikulum 2013 lebih cenderung mengarahkan siswa untuk mendemonstrasikan sesuatu berdasarkan pengalaman langsung atau instruksi langsung.

Teori sosial dalam ideologi ini meyakini bahwa pemenanglah yang pantas menjadi pemimpin. Jika mengacu pada pembelajaran, maka kurikulum yang berlaku saat ini sangat tidak tepat karena kurikulum 2013 menitikberatkan pada 4 aspek perkembangan yaitu (1) Spiritual, (2) Sikap Sosial, (3) Pengetahuan dan (4) Keterampilan, yang artinya seorang pemimpin cerdas, baik hati dan terampil. Begitu pula dengan pendidik industri, sifat peserta didik dalam pragmatis teknologi adalah bejana kosong dan tidak sesuai dengan prinsip kurikulum 2013. Berpikir dan mengamalkan merupakan teori belajar dari ideologi ini, sehingga siswa membutuhkan alat peraga dalam proses belajarnya. Guru dapat menggunakan teknologi sebagai alat bantu, dalam hal ini menggabungkan manual dengan alat bantu aritmatika seperti kalkulator. Teori mengajar dilakukan melalui motivasi eksternal, teori tersebut meyakini bahwa kemampuan mengajar dan memotivasi dapat dibangun melalui relevansi pekerjaan. Dalam hal keragaman sosial dan pendidikan, nilai-nilai pragmatis teknologi lebih bermanfaat untuk pekerjaan di masa depan.

 

old humanist

Ideologi ini melihat manusia sebagai pusat dan bukan pada Tuhan. Ideologi ini melihat matematika sebagai struktur kebenaran. Nilai-nilai moral diajarkan oleh orang tua kepada anak-anaknya. Hal ini menyiratkan bahwa orang tua berperan dalam menentukan moral anak-anaknya. Teori sosial ideologis ini berpendapat bahwa masyarakat harus melestarikan budaya sesuai dengan landasan hukum kurikulum 2013 yang menyatakan bahwa kualifikasi pengetahuan yang dimiliki peserta didik adalah pengetahuan faktual dan konseptual ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan budaya dalam intuisi kemanusiaan, kebangsaan, negara dan peradaban. Teori ideologi ini mendukung esensi kewajiban bagi siswa untuk membiasakan diri dan menanamkan nilai-nilai karakter. Menurut pandangan ini, bakat dan kejeniusan matematika diwariskan dan kemampuan matematika dapat diidentifikasi dengan kecerdasan murni.

Pendidikan diberikan agar siswa mengetahui bakatnya dan mampu mengembangkannya. Tujuan pengajaran matematika pada kelompok ini adalah transfer of knowledge. Artinya dalam pembelajaran matematika guru mentransfer pengetahuan kepada siswa sehingga siswa dan guru memiliki pemahaman yang sama. Pemahaman dan penerapan adalah teori belajar yang diyakini dan digunakan oleh orang-orang tersebut dengan teori pengajaran yang masih mengajar. Peran guru dalam perspektif ini adalah untuk mengkomunikasikan matematika yang bermakna memotivasi dan memfasilitasi. Tes eksternal yang didasarkan pada susunan mata pelajaran matematika yang terstruktur dan pada jumlah atau tingkat yang sesuai untuk keterampilan matematika adalah penilaian yang digunakan dalam teori ini. Dalam ideologi ini, guru perlu lebih inovatif dan kreatif dalam memberikan bahan ajar agar siswa lebih memahami dalam penerapannya. Keanekaragaman sosial, matematika bertujuan untuk memanusiakan manusia untuk tujuan pendidikan.

 

progressive educator

Ideologi ini memiliki sikap politik yang bebas dan ingin maju, selalu menginginkan perubahan yang progresif dan cepat. Matematika dipandang sebagai proses berpikir yang menekankan pada aktivitas dan dunia hubungan atau penalaran sebagai hasil pemikiran manusia yang berkaitan dengan ide, proses dan penalaran. Teori ini sebenarnya merupakan perluasan dari gagasan pragmatisme pendidikan. Teori ini memandang siswa sebagai makhluk sosial yang aktif. Orang-orang ini menganut paham liberal bebas tanpa batasan dari pihak pemerintah. Sifat siswa dalam pendidik progresif ini adalah berpusat pada siswa. Artinya siswa adalah subjek yang aktif dalam kegiatan belajar, dalam arti siswa belajar dan tumbuh melalui pengalaman di dunia fisik dan sosial. Tujuan pengajaran matematika menuntut kreativitas siswa dan dalam pembelajaran melibatkan aktivitas siswa. Teori belajar bersifat eksploratif Teori pengajarannya bersifat konstruktivis, artinya ia membangun dan mengembangkan pengetahuannya sendiri.

Model pendidikan ini menggunakan alat atau struktur yang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mengeksplorasi diri dan membangun pengetahuannya berdasarkan kebutuhan peserta didik. Evaluasi yang dilakukan oleh kelompok ini adalah Portofolio yang tidak hanya melihat keterampilan praktis siswa tetapi juga mengevaluasi proses untuk mendapatkannya. Pembelajaran berbasis penemuan yang diterapkan pada teori ini berdampak bahwa guru banyak menerima masukan untuk solusi dari pendapat yang dikemukakan siswa. Sehingga pembelajaran matematika dapat dikaitkan dengan budaya lokal atau kehidupan sehari-hari, sehingga matematika lebih mudah dipahami oleh siswa.

 

public educator

Ideologi ini berpandangan bahwa matematika adalah aktivitas sosial, dalam arti semua aktivitas sosial didasarkan pada konsep matematika, sedangkan pada kenyataannya aktivitas sosial yang dilakukan seseorang tidak selalu dikaitkan dengan konsep matematika, karena terkadang seseorang tidak menyadari dirinya sendiri. menyadari bahwa matematika telah mengambil bagian dalam setiap kegiatan sehari-hari. Dari sudut pandang moral, seseorang bebas melakukan apa yang diinginkannya terlepas dari apakah itu baik atau buruk. Menurut teori ini, pendidikan harus bertujuan untuk memberikan pengalaman untuk menemukan atau memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan sosial, yang pada dasarnya masyarakat adalah yang terbaik, tetapi masyarakat yang demokratis adalah masyarakat yang terbaik di mana ada kesempatan untuk setiap pekerjaan dan dalam demokrasi. tidak mengenal stratifikasi sosial. Tujuan pendidikan matematika teoretis ini adalah untuk mengembangkan keterampilan manusia secara utuh melalui pembelajaran matematika. Orang tua tidak mengucilkan anaknya di sekolah.

Teori Pembelajaran merupakan pembahasan agar siswa diberikan kebebasan sesuai dengan kemampuannya. Sumber matematika dalam ideologi ini bersifat abstrak dan diajarkan melalui hal-hal yang konkrit, yang menjadi permasalahan di masyarakat, melalui proses diskusi dan inkuiri, siswa berusaha membangun pengetahuannya sendiri berdasarkan konteks dunia nyata yang diberikan. Dengan ini, guru dapat menemukan kesulitan siswa dalam memecahkan masalah. Dengan demikian, siswa mengakomodir berbagai variasi tersebut dan mengembangkan berbagai kemampuan yang ada pada dirinya, atau heterogen. Saat ini di Indonesia sendiri tujuan pendidikan lebih diarahkan ke industry. Kelembagaan dan praktek pendidikan Indonesia masih berupa polapola melanjutkan pendidikan penjajahan dan budaya colonial.

 

 

 

 

Review Buku Critique of Pure Reason

 

Review Buku Critique of Pure Reason


 

 

Nama Buku                 : Critique of Pure 

Penulis                         : Immanuel Kant

Penerbit                       : Cambridge University Press

Tahun Terbit                : I998

 

A.    PENDAHULUAN

     Manusia percaya bahwa dengan kemampuan pengenalannya mampu mencapai realitas sebagaimana adanya. Filsuf-filsuf pra-Sokrates misalnya menerima begitu saja bahwa manusia dapat mengenal hakikat benda, meskipun terkait mekanisme pengenalan ada yang lebih menekankan peran indra, tetapi ada juga yang menentang karena lebih menekankan pada akal. Meskipun demikian, keduanya percaya bahwa pengenalan manusia hingga mencapai pemahaman atas realitas sebagaimana adanya adalah sesuatu hal yang mungkin (Hamlyn, 1967: 9). Skeptisisme ala kaum Sophis ini menyebabkan timbulnya epistemologi seperti yang secara tradisional dimaknai sebagai usaha untuk mencari pembenaran atas pernyataan bahwa pengetahuan itu mungkin serta untuk menilai bagaimana peranan indra dan akal dalam pengenalan.

     Diantara berbagai macam aliran yang mencoba menyusun teori pengetahuan, ada dua aliran besar yang sangat berpengaruh kuat, yaitu rasionalisme dan empirisme. Pertentangan dua aliran besar inilah yang kemudian membentuk gagasan pengetahuan Immanuel Kant yang dijadikan sebagai pusat kajian dalam artikel ini. Pemilihan tokoh Immanuel Kant (1724-1804) lebih didasarkan pada argumentasi bahwa tokoh ini memiliki posisi yang sangat sentral dalam tahap perkembangan epistemologi Barat, khususnya dalam upaya menjembatani konflik antara empirisme dan rasionalisme. Oleh karena itu kajian tentang Immanuel Kant dalam ranah epistemologi tetap akan menempati posisi yang penting.

 

B.    PEMBAHASAN

    Immanuel Kant lahir pada tanggal 22 April 1724 di Konigsberg (dulu adalah ibukota propinsi Jerman), Prusia Timur. Terlahir sebagai anak keempat dari enam bersaudara, Immanuel Kant dibesarkan dalam sebuah situasi kemiskinan. Ayahnya berdarah Skotlandia, sedangkan ibunya berdarah Jerman. Ayah Kant bekerja sebagai seorang tukang potong tali kulit, sedangkan ibunya adalah seorang perempuan yang tidak mendapatkan pendidikan formal namun memiliki "kecerdasan alamiah" yang luar biasa. Kecerdasan inilah yang turun dalam diri Immanuel Kant.

    Pada usia 18 tahun, Immanuel Kant memasuki Universitas Konigsberg sebagai mahasiswa teologi. Namun tidak lama setelah itu, minatnya lebih banyak tertuju pada matematika dan fisika. Kant banyak membaca karya-karya Newton yang kemudian memberikan inspirasi baginya terkait berbagai kemajuan dalam ilmu pengetahuan. Kemudian tahun 1755 ia dapat menyelesaikan studinya dan menjadi pengajar diuniversitas tersebut. Kemudian Immanuel Kant berhenti mengajar dari Universitas Konigsberg pada tahun 1797 karena mulai sakit-sakitan. Setelah itu Kant mulai memfokuskan pada kegiatan untuk mengedit kembali karya-karyanya.

    Epistemologi Immanuel Kant dapat diposisikan sebagai jembatan antara rasionalisme dan empirisme. Baik rasionalisme maupun empirisme mencoba untuk menjawab persoalan : “nilai apa yang ada dalam pengetahuan yang saya peroleh mengenai dunia fisik (material) dan kaitannya dengan apa yang harus saya lakukan?” Pandangan rasionalisme memulainya dengan asumsi bahwa kepastian/pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui kerja pikiran karena dalam pikiran manusia telah ada ide-ide bawaan yang bersifat universal. Sifat universal ini dibutuhkan dalam pengetahuan ilmiah maupun filsafat, tetapi sayangnya rasionalisme gagal untuk menjelaskan keabsahan pengetahuan tersebut dalam rujukannya kepada dunia alam tanpa terjatuh pada panteisme.

    Immanuel Kant menyatakan bahwa rasionalisme memiliki sifat analitik apriori (mendahului pengalaman). Adapun ciri putusan yang bersifat analitik apriori adalah mengkonstruksi sebuah sistem pengetahuan yang dilengkapi dengan dimensi universalitas atau keniscayaan. Hanya saja, jenis pengetahuan yang semacam ini bersifat tautologis, hanya pengulangan dan kurang andal, karena tidak menyajikan sesuatu yang baru. Sedangkan empirisme memiliki sifat sintesis aposteriori. Kebenaran sintetik adalah kebenaran bersyarat, tergantung pada bagaimana dunia sebagaimana adanya (aposteriori – setelah pengalaman). Keunggulan dari jenis putusan yang bersifat sintesis-aposteriori adalah mampu memberikan pengetahuan baru. Namun kelemahannya adalah predikat tidak lebih dari fakta pengalaman, sehingga model putusan yang semacam ini akan kehilangan aspek universalitasnya.Untuk dapat sampai pada kebenaran yang sintetik apriori maka harus terjadi revolusi pikiran dari proposisi-proposisi.

 

C.   ANALISIS

Immanuel Kant mempertahankan pandangannya tersebut di atas dengan mengatakan bahwa sistesis apriori seperti yang telah dilakukannya di atas adalah mungkin melalui putusan atas perasaan (judgement of sentiment). Hal inilah yang disajikan oleh kant dalam Critique of Judgment. Putusan atas perasaan berbeda dengan putusan sintesis apriori, seperti yang telah Kant sebutkan pada Critique of Pure Reason. Putusan atas perasaan mengandaikan ada satu forma kosong intelek yang ditentukan oleh elemen tertentu yang diperoleh melalui proses pengindraan. Jika putusan yang diperoleh melalui sintesisapriori disebut dengan putusan penting (determining judgement) maka putusan atas perasaan itu disebut dengan putusan hasil refleksi (reflecting judgement), meliputi putusan teleologis dan putusan estetis. Putusan atas perasaan ini berasal dari luar bentuk apriori intelek, yaitu berasal dari kekuatan afektif kehendak subjek. Oleh karena itu menurut Kant, putusan yang semacam ini tidak akan memberikan putusan yang tepat, melainkan hanya memanifestasikan kemendesakkan.

Pemikiran Kant tersebut sangat menarik karena membuka peluang ke arah metafisika dan pengetahuan yang lebih esensial. Jika pada pemikiran Kant dalam Kritik atas rasio murni ditegaskan bahwa kita hanya dapat mengetahui objek sejauh dalam fenomen melalui persepsi inderawi, maka memang akan menjadi pertanyaan besar terkait dengan objek-objek yang tidak berfenomen. Konsep Cinta, Keabadian, Tuhan misalnya, tidak dapat dipenuhi dengan pengalaman inderawi. Jika kemudian atas dasar rasio murni disimpulkan bahwa karena tidak dapat ditangkap indra maka konsep-konsep tersebut tidak memadai, tentu ini kesimpulan yang tidak tepat. Hal ini dikarenakan tetap ada insight pengetahuan untuk hal-hal yang semacam itu. Barangkali pengetahuan yang semacam ini memang belum lengkap atau belum sempurna, namun bukankah pikiran manusia senantiasa terbuka dan terus berkembang secara kreatif. Pengetahuan adalah bagian dari hidup dan kehidupan manusia yang didalamnya terdapat dimensi historisitas dan sosialitas. Oleh karena itu interaksi dengan waktu, lingkungan, dan sesamanya akan memacu tumbuhnya pengetahuan secara terus menerus.

 

 

D. KESIMPULAN



Sebagai kesimpulan akan ditegaskan bahwa pemikiran Kant dalam bidang epistemologi, yang sepenuhnya tercurah dalam karyanya yang berjudul Critique of Pure Reason ternyata masih menyisakan persoalan dalam ranah metafisika. Hal ini dikarenakan secara tegas Kant memisahkan antara fenomena dan noumena. Manusia hanya mampu menangkap fenomena saja melalui intuisi inderawi dalam ruang waktu yang kemudian dikategori dalam forma akal. Adapun noumena tidak akan pernah tersentuh. Hal ini jelas menyisakan pertanyaan terkait dengan peluang manusia untuk sampai pada pengetahuan yang essensial dan transendental.

Manusia pun memiliki sifat multidimensional, masing-masing dimensi memiliki peran dan kemudian terlibat secara bersama-sama. Sifat pengetahuan yang analog sesungguhnya merupakan pemaknaan atas multidimensionalitas kehidupan manusia. Hal ini membawa konsekuensi pada perlunya dialog intersubjektif dan keterbukaan secara terus menerus. Pengetahuan adalah sesuatu hal yang tidak berbatas, pengetahuan manusia karenanya tidak akan pernah sampai pada ujung perjalanan melainkan hanya terus menerus diperluas cakrawalanya.

 

 

TELAAH KETOPRAK DENGAN LAKON REMBULAN KEKALANG

 

TELAAH KETOPRAK DENGAN LAKON REMBULAN KEKALANG

 Judul Video   : Ketoprak Rembulan Kekalang

Narasumber   : Prof. Dr. Marsigit, M.A.


Mata Kuliah  : Filsafat Pendidikan Sekolah Dasar

Nama              : Bherrio Dwi Saputra

NIM                : 21706261009

 

           

Peementasan ketoprak dalam rangka dies natalis UNY yang disutradari oleh Prof. Dr. Suminto A. Sayuti dengan Drs. Sukisno, M. Sn sebagai penulis naskah ini mengangkat lakon “Rembulan Kekalang”. Adapun lakon “Rembulan Kekalang” ini bercerita mengenai usaha untuk merebut kekuasaan di tanah Mataram dengan jalan yang menyalahi norma dan aturan. Lakon ini mewakili salah satu dari fenomena di masyarakat, yaitu bahwa seseorang bisa jadi akan me-lakukan segala cara meskipun cara tersebut menentang aturan dan nurani demi mencapai ambisi, pangkat, kedudukan, kekuasaan, atau martabat yang diinginkannya.

 

Ceritanya bermula ketika Pangeran Sepuh Purbaya—diperankan oleh Prof. Dr. Marsigit, M. A.—berniat untuk lengser keprabon (turun tahta) dan meminta tanggapan dari Patih Singoranu, Demang Danupati, Tumenggung Pasingsingan, Tumenggung Sindureja, Tumenggung Niti Prakoso, dan permaisuri. Pada saat itu, Patih Singoranu dan permaisuri menanyakan kepada Pangeran Sepuh Purboyo apakah sudah dipikir secara matang dan bijaksana niatan tersebut, sebab rakyat Mataram masih menginginkan Pangeran Sepuh Purboyo menjadi raja Mataram dan tentu ini akan berpengaruh pada kehidupan masyarakat tanah Mataram. Akan tetapi, tanggapan Patih Singoranu tersebut ditentang oleh Tumenggung Pasingsingan yang berpendapat bahwa seyogyanya sebagai patih haruslah tunduk dan patuh pada kehendak raja. Lebih lanjut, Tumenggung Pasingsingan ini malah berburuk sangka dan menuduh bahwa apa yang dilakukan oleh Patih Singoranu tersebut merupakan akal-akalan dari Patih Singoranu agar dirinya tetap menjadi patih.

 

Pangeran Sepuh Purbaya secara resmi menyatakan untuk  lengser keprabon dan diangkatlah Sinuhun Amangkurat atau Pangeran Hadi Mataram sebagai raja Mataram yang baru. Dengan diangkatnya Pangeran Hadi Mataram sebagai raja Mataram dan diangkatlah pula Tumenggung Sindureja sebagai patih menggantikan Patih Singoranu. Tumenggung Pasingsingan tidak terima dengan hal ini, karena menurutnya dialah yang pantas dan seharusnya diangkat menjadi patih, bukan malah Tumenggung Sindureja. Akhirnya, Tumenggung Pasingsingan merasa putus asa dan memikirkan berbagai cara agar ambisinya untuk menjadi patih di kerajaan Mataram tersebut dapat terwujud. Lalu, bagaimanakah cara yang ditempuh oleh Tumenggung Pasingsingan untuk merealisasi-kan ambisinya tersebut?

 

Pada suatu ketika Pangeran Timur—saudara dari Pangeran Hadi Mataram—secara tidak sengaja bertemu dengan Rara Mangli—anak dari Tumenggung Pasingsingan. Karena paras cantik dari Rara Mangli ini, Pangeran Timur jatuh hati dengan Rara Mangli dan berniat untuk memperistrinya. Akan tetapi, Rara Mangli belum bisa memutuskan apakah bersedia menjadi istri dari Pangeran Timur dan ia meminta waktu kepada Pangeran Timur untuk memutuskan hal tersebut. Akhirnya, Pangeran Timur-pun datang menghadap kedua orang tua Rara Mangli dengan niatan untuk meminta izin memperistri Rara Mangli—yang pada saat itu juga Yu Genuk berada di antara mereka. Kedua orang tua Rara Mangli menyerahkan keputusannya kepada Rara Mangli sebab ia sendirilah yang nantinya akan menjalani kehidupan berkeluarga. Rara Mangli bersedia menjadi istri Pangeran Timur, namun dengan satu permintaan, yaitu Pangeran Timur harus naik tahta menjadi raja kerajaan Mataram.

 

Tentu, apa yang menjadi permintaan Rara Mangli tersebut membuat Pangeran Timur murka, sebab ia tidak mungkin membunuh kakanya sendiri, yaitu Pangeran Hadi Mataram, untuk merebut tahta Mataram. Tumenggung Pasingsingan-pun memanfaat-kan situasi ini untuk memperkeruh suasana—agar ambisinya untuk menjadi patih di kerajaan Mataram dapat tercapai. Ia mengungkapkan bahwa apabila Pangeran Timur tidak bersedia menuruti permintaan anaknya, maka ia tidak akan merestui Rara Mangli untuk diperistri oleh Pangeran Timur. Tumenggung Pasingsingan juga menyebutkan bahwa apabila Pangeran Timur benar-benar mencintai Rara Mangli seharusnya apa yang diminta oleh Rara Mangli tersebut tetap dipenuhi, ibarat sadumuk bathuk sanyari bumi ditohi pati.

 

Demi mewujudkan ambisinya untuk menjadi patih Mataram, Tumenggung Pasingsingan memutuskan untuk menawarkan diri kepada Pangeran Timur bahwa dia sendirilah yang akan membunuh Pangeran Hadi Mataram agar Pangeran Timur bisa menjadi raja Mataram. Keputusan ini menyebabkan Nyi Menggung Pasingsingan tidak habis pikir mengapa suaminya bisa memiliki ambisi sebesar itu dan tentunya Nyi Menggung Pasingsingan menentang keputusan yang dibuat oleh suaminya tersebut karena ia takut jika Tumenggung Pasingsingan sendirilah yang akan mati pada akhirnya. Tumenggung Pasingsingan berdalih bahwa apa yang menjadi keputusan dan apa yang akan ia lakukan tersebut demi keinginan, kebahagiaan, dan kemuliaan sang anak.

 

Yu Genuk yang mengetahui rencana jahat Tumenggung Pasingsingan, memutuskan untuk menyampaikan hal tersebut kepada suaminya, yaitu Tumenggung Niti Prakoso. Tumenggung Niti Prakoso mempercayai apa yang disampaikan oleh Yu Genuk dan ia langsung menemui Pangeran Sepuh Purbaya untuk menyampaikan hal tersebut. Pada suatu malam, Tumenggung Pasingsingan menyirep prajurit yang menjaga kerajaan Mataram demi melancarkan aksinya untuk membunuh Pangeran Hadi Mataram. Namun sayangnya, aksi yang dilakukan oleh Tumenggung Pasingsingan tersebut ketahuan oleh Pangeran Sepuh Purbaya dan Tumenggung Niti Prakoso. Meskipun mencoba berkilah, tetap saja Pangeran Sepuh Purbaya tidak mempercayainya, sebab ia sudah memperoleh semua informasi yang sesungguhnya dari Tumenggung Niti Prakoso. Melalui perkelahian yang cukup sengit, akhirnya Tumenggung Pasingsingan berhasil ditangkap dan dihukum mati.

 

Setelah kejadian penangkapan Tumenggung Pasingsingan atas usaha untuk melakukan pembunuhan terhadap Pangeran Hadi Mataram, Pangeran Hadi Mataram memanggil Pangeran Timur untuk menghadapnya. Di hadapan Pengeran Hadi Mataram, Pangeran Timur mengakui atas kesalahannya yang telah terperdaya oleh cinta yang akhirnya menggiringnya untuk mengikuti rencana jahat Tumenggung Pasingsingan. Pangeran Hadi Mataram menyadari bahwa kejadian ini tidak akan terjadi jika saja Rara Mangli tidak memiliki permintaan semacam itu. Pada akhirnya Pangeran Hadi Mataram menanyakan kepada Pangeran Timur apakah ia sanggup jika Pangeran Hadi Mataram meminta nyawa Rara Mangli. Pangeran Timur pun menyanggupinya dan langsung menemui Rara Mangli.

 

Saat bertemu dengan Rara Mangli, Pangeran Timur mencoba untuk melaksanakan apa yang telah disanggupinya dengan Pangeran Hadi Mataram. Dialog antara keduanya pun terjadi. Pangeran Timur menyalahkan Rara Mangli yang telah menyebabkan kekacauan di tanah Mataram. Namun, Rara Mangli tidak terima jika ia lah satu-satu orang yang bersalah atas kekacauan tersebut dan balik menyalahkan Pangeran Timur—andai saja Pangeran Timur tidak jatuh cinta kepada Rara Mangli atau tidak menuruti apa yang menjadi permintaan Rara Mangli maka kejadiannya tidak akan seperti itu. Lebih lanjut, Rara Mangli juga menyalahkan Pangeran Timur bahwa ia seharusnya tidak hanya mau enaknya saja tanpa mau menanggung resiko yang ada dan malah menyalahkan orang lain atas masalah yang menimpanya. Pangeran Timur akhirnya tidak tega membunuh Rara Mangli.

 

Di suatu waktu Rara Mangli meratapi masalah dan beban berat yang telah menimpanya. Betapa malangnya Rara Mangli ini yang awalnya mendambakan suatu kebahagiaan, kedudukan, dan pangkat, namun pada akhirnya kesengsaraanlah yang malah ia dapatkan. Tidak sanggup memikul masalah dan beban itu sendiri, akhirnya Rara Mangli mengakhiri hidupnya [Selesai].

 

Dari kisah yang diceritakan melalui pertunjukan ketoprak “Rembulan Kekalang” ini setidanya ada beberapa hal yang bisa saya ambil hikmahnya dan mungkin nantinya akan bermanfaat bagai saya apabila menjadi seorang pendidik nanti.

 

1.     Sebaiknya kita tidak boleh berburuk sangka terhadap orang lain. Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, tentu saja setiap siswa memiliki ke-mampuannya masing-masing dalam memahami hal yang mereka pelajari. Tidak baik bagi seorang pendidik untuk berburuk sangka kepada siswa yang kemampuan untuk memahaminya sedikit lambat dibanding siswa lain dan lantas mengatakan bahwa siswa tersebut malas untuk belajar atau lebih kejamnya mengatakan bahwa siswa tersebut (maaf) bodoh. Karena pada dasarnya, apa yang kita lihat belum tentu yang menunjukkan apa yang sebenarnya terjadi.

2.     Berambisi tinggi itu boleh saja, namun yang harus diingat adalah sudahkah kita berkaca pada diri sendiri dan sudah pantaskah diri kita untuk mencapai ambisi tersebut. Terkadang kita lupa akan kemampuan yang kita miliki lalu berani untuk berambisi tingga dan pada akhirnya kita tidak siap menghadapi kondisi saat ambisi kita tersebut sudah terpenuhi.

3.     Semua yang ada di dunia ini ada ilmunya. Untuk menjadi pemimpin bukanlah hal sesederhana menjadi orang yang dipimpin. Untuk dapat menjadi pemimpin tentunya diperlukan ilmu yang matang dan kesiapan yang matang pula, sehingga nantinya tidak “terkaget-kaget” apabila dihadapkan dengan suatu masalah.

4.     Bahwa tindak kebajikan pasti akan mengalaskan tindak angkara murka. Oleh karena itu, jangan malu untuk selalu berbuat baik meskipun ditentang oleh banyak orang. Karena sebaik-baiknya tindakan adalah tindakan yang didasarkan pada hati nurani, bukan ambisi yang salah.

 

REVIEW VIDEO Immanuel Kant

 

 REVIEW VIDEO

 

Judul Video   : Filsafat Bagian 1, by Marsigit, Thuersday 17 Okt 2019

Narasumber   : Prof. Dr. Marsigit, M.A.

Mata Kuliah  : Filsafat Pendidikan Sekolah Dasar

Nama              : Bherrio Dwi Saputra

 

Dalam pemikiran filsafat, hidup manusia adalah metafisik karena setelah yang ada masih ada lagi. Sebelum yang ada masih ada lagi, terus dan terus dan tidak akan selesai. Maju tidak selesai dan mundur tidak selesai. Mengapa? Karena manusia tidak sempurna.

Mengapa manusia tidak sempurna? Supaya manusia bisa hidup. Sebab, kalau manusia sempurna ia tidak bisa hidup. Jadi manusia itu sempurna itu di dalam ketidaksempurnaan dan tidak sempurna di dalam kesempurnaan.

Kemudian awal dari segala macam kegiatan, sifat, dalam diri manusia adalah namanya fatal dan vital. Apakah fatal itu? Fatal adalah terpilih? Apakah terpilih itu? Terpilih adalah takdir. Seperti contoh ketika saya mengambil benda berwarna putih, warna putih ini adalah takdir. Mengapa disebut takdir? Karena sudah terjadi.

Kemudian vital. Apakah vital itu? Vital adalah memilih. Apakah memilih itu? Memilih itu adalah ikhtiar. Jadi simpulannya fatal-vital, memilih dan ikhtiar. Kemudian dari situ muncul metafisiknya. Apa itu metafisik? Metafisik itu sifat di balik sifat. Sifat mendahului sifat. Sifat mengikuti sifat. Sifat mempunyai sifat.

Maka sebenar-benar manusia adalah sifat mendahului sifat, sifat mengikuti sifat, dan sifat mempunyai sifat. Contoh sifat di sini adalah sifat tetap. "Saya tidak bisa mengubah takdir bahwa yang terpilih tadi adalah benda berwarna putih". Itu sudah terjadi bahwa bagaimana pun juga sudah tercatat. Sudah terjadi itulah suratan takdir.

Manusia mana yang bisa mengubah takdir? Bahwa benda yang terpilih tadi adalah yang berwarna putih. Malaikat pun tidak bisa mengubahnya. Itulah kuasa Tuhan. Maka siapapun saja tidak bisa mengubah takdir ketika sudah "kun fayakun". Ketika salah satu hilang dari fatal atau vital tadi, maka tidak ada kehidupan.

Dari ilustrasi ini sebenarnya kita sudah berfilsafat. Misal kita menulis tetap jika ditambah isme ya menjadi tetapisme, berubahisme. Ada juga idealisme dan realisme. Itulah dunia filsafat. Misal kita ke toko sepatu ya kita bicara ukurannya, harganya. Kalau ngomong yang lain ya tidak nyambung. Itulah kecerdasan daalam filsafat karena tahu ruang dan waktu. Sedangkan orang bodoh tidak mengerti ruang dan waktu.

Kemudian di atas ideal ada absolutisme dan spiritualisme, terus kuasa Tuhan atau kausa prima. Kausa prima adalah sebab dari semua sebab. Di bawah realisme semakin ke bawah kita bertemu dengan materialisme, bendaisme.

Logika itu apa? Logika adalah koheren, sedangkan di bawah adalah korespondensi. Apakah yang yang berkorespondensi? Realita, fakta, dan persepsi. Saya mencontohkan, wanita, perempuan. Memakai logika dan keherensi itu sudah paham. Kemudian setelah logika, koherensi adalah analitik. Kemudian di bawah adalah sintetik. Maka wanita, perempuan, melahirkan itu satu rumpun. Tidak ada orang yang bertanya apakah bapak-bapak pernah melahirkan?

Filsafat adalah seperti itu, bisa dipahami melalui kalimat yang terukur. Kebanyakan orang tidak menguasai masalah karena tidak menguasai dunianya, termasuk bahasanya, bahasa itu dunia.

Setelah konsisten adalah aksioma dan teori. Aksioma itu ketentuan-ketentuan umum yang bisa dipahami. Kemudian di bawahnya adalah bayangan. Di atas langitnya, di bawah buminya. Kalau di atas dewanya, di bawah daksanya.

Kemudian di atasnya adalah aturan atau hukum, dan hukum yang penting adalah aturan Tuhan, dan di atasnya itu adalah formal dan di bawah material. Semua deratan di ini adalah alat untuk berselancar dalam berfilsafat.

Semua yang di atas adalah apriori, dan di bawah adalah aposteriori. Apriori itu paham walaupun belum melihat. Kalau binatang kebanyakan aposteriori. Seperti contoh kucing kalau ada tikus lewat, itu ekornya gerak-gerak. Anak-anak juga seperti itu. Kalau orang dewasa kebanyak sudah apriori.

Aposteriori itu levelnya anak-anak, binatang, dan benda, dan didasarkan pada pengalaman. Jadi pengetahuan yang jenis ini didasarkan pengalaman, fenomena satu kepada peristiwa berikutnya. Dikarenakan pengalaman, munculllah empirisme. Sedangkan yang apriori adalah rasionalisme.

Dalam konsep / teori, yang bawah adalah Heraclitos, yang berpendapat segala sesuatu bisa berubah. Sedangkan yang atas alirannya Parmenides yang berpendapat segela sesuatu itu tetap.

Untuk Kuasa Tuhan itu esa, maka lahirlah monisme. Jadi yang percaya Tuhan itu satu/esa, filsafatnya adalah monoisme. Sedangkan yang di bawah adalah jamak itu pluralisme. Yang percaya dua, adalah dualisme. Jadi Pancasila itu mono dualisme.

Dalam konteks ini mucullah tokoh bernama Immanuel Kant. Sebelum Immanuel Kant, tokoh rasionalisme itu René Descartes, selain rasionalisme, ia juga tokoh skeptisisme. Sebenarnya, filsafat itu mengalir, karena skeptisisme itu sudah ada sejak zaman Yunani Kuna ((abad ke-8 sampai abad ke-6 SM) sampai berakhirnya Abad Kuno). Lalu ditentang oleh empirisisme David Hume.

Zaman dulu seru itu pertentangannya, seperti Pilpres kemarin. Oh neraka-neraka, oh surga-surga, seru sekali. Namun sekarang bubar, mudah-mudahan tidak ada lagi kampret dan cebong.

Descartes itu skeptisnya luar biasa. Pada saat musim dingin di sana, ia tidak bisa membedakan benda-benda. Sampai-sampai, ia meragukan keberadaan Tuhan. Akhirnya ia menemukan satu kunci yang tidak bisa dibantah. Maka ketemulah, aku tidak bermimpi karena aku tidak berpikir. Cogito ergo sum adalah sebuah ungkapan yang diutarakan oleh Descartes, sang filsuf ternama dari Prancis. Artinya adalah: "aku berpikir maka aku ada".

Aposteriori itu levelnya anak-anak, binatang, dan benda, dan didasarkan pada pengalaman. Jadi pengetahuan yang jenis ini didasarkan pengalaman, fenomena satu kepada peristiwa berikutnya. Dikarenakan pengalaman, munculllah empirisme. Sedangkan yang apriori adalah rasionalisme.

Jadi sebenar-benarnya ilmu, menurut Descartes  harus berdasarkan rasio, pikiran. Kalau tidak ada pikiran tidak ada ilmu. Namun ini ditentang oleh David Hume tadi. Sebenarnya-benar kamu berpikir, kalau belum mengalami ya belum benar.

Maka muncul aliran tengah, yaitu Immanuel Kant, yang menyatakan perwakilan langit dan bumi. Langit itu apriori, dan bumu itu sintetik yang ini ditulis di bukunya Kant. Kemudian setelah ini mucullah zaman modern dalam filsat itu munculnya setelah pertarungan antara Descartes dengan Hume tadi. Setelah itu kemudian berkembang-berkembang, lalu muncullah tokoh bernama Auguste Comte yang meninggal pada 1857. Mengapa saya ingat? Karena 100 tahun kemudian saya lahir.

Jika Comte hanya berteori, namun era saintifik dan teknologi saat ini justru kita melebihi dari apa yang dilakukan Comte. Karena teknologi itu positifnya membawa kesejahteraan, namun negatifnya adalah melahirkan kemunafikan.  Maka dalam konteks ini, ada archaic,  terus tribal, atasnya tradisional, kemudian feodal, lalu modern, lalu post modern/power now/kontemporer. Saat ini keadaanya demikian, dan ini dibackup kapitalisme, materealisme, pragmatisme, utilitarian, dan liberalisme.

Biodata Diri

 DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI  Nama Lengkap : Bherrio Dwi Saputra S.Pd, M.Pd  Tempat, Tanggal, Lahir : Sragen, 18 September 1994  Jenis...