Jumat, 29 Oktober 2021

Review Buku Critique of Pure Reason

 

Review Buku Critique of Pure Reason


 

 

Nama Buku                 : Critique of Pure 

Penulis                         : Immanuel Kant

Penerbit                       : Cambridge University Press

Tahun Terbit                : I998

 

A.    PENDAHULUAN

     Manusia percaya bahwa dengan kemampuan pengenalannya mampu mencapai realitas sebagaimana adanya. Filsuf-filsuf pra-Sokrates misalnya menerima begitu saja bahwa manusia dapat mengenal hakikat benda, meskipun terkait mekanisme pengenalan ada yang lebih menekankan peran indra, tetapi ada juga yang menentang karena lebih menekankan pada akal. Meskipun demikian, keduanya percaya bahwa pengenalan manusia hingga mencapai pemahaman atas realitas sebagaimana adanya adalah sesuatu hal yang mungkin (Hamlyn, 1967: 9). Skeptisisme ala kaum Sophis ini menyebabkan timbulnya epistemologi seperti yang secara tradisional dimaknai sebagai usaha untuk mencari pembenaran atas pernyataan bahwa pengetahuan itu mungkin serta untuk menilai bagaimana peranan indra dan akal dalam pengenalan.

     Diantara berbagai macam aliran yang mencoba menyusun teori pengetahuan, ada dua aliran besar yang sangat berpengaruh kuat, yaitu rasionalisme dan empirisme. Pertentangan dua aliran besar inilah yang kemudian membentuk gagasan pengetahuan Immanuel Kant yang dijadikan sebagai pusat kajian dalam artikel ini. Pemilihan tokoh Immanuel Kant (1724-1804) lebih didasarkan pada argumentasi bahwa tokoh ini memiliki posisi yang sangat sentral dalam tahap perkembangan epistemologi Barat, khususnya dalam upaya menjembatani konflik antara empirisme dan rasionalisme. Oleh karena itu kajian tentang Immanuel Kant dalam ranah epistemologi tetap akan menempati posisi yang penting.

 

B.    PEMBAHASAN

    Immanuel Kant lahir pada tanggal 22 April 1724 di Konigsberg (dulu adalah ibukota propinsi Jerman), Prusia Timur. Terlahir sebagai anak keempat dari enam bersaudara, Immanuel Kant dibesarkan dalam sebuah situasi kemiskinan. Ayahnya berdarah Skotlandia, sedangkan ibunya berdarah Jerman. Ayah Kant bekerja sebagai seorang tukang potong tali kulit, sedangkan ibunya adalah seorang perempuan yang tidak mendapatkan pendidikan formal namun memiliki "kecerdasan alamiah" yang luar biasa. Kecerdasan inilah yang turun dalam diri Immanuel Kant.

    Pada usia 18 tahun, Immanuel Kant memasuki Universitas Konigsberg sebagai mahasiswa teologi. Namun tidak lama setelah itu, minatnya lebih banyak tertuju pada matematika dan fisika. Kant banyak membaca karya-karya Newton yang kemudian memberikan inspirasi baginya terkait berbagai kemajuan dalam ilmu pengetahuan. Kemudian tahun 1755 ia dapat menyelesaikan studinya dan menjadi pengajar diuniversitas tersebut. Kemudian Immanuel Kant berhenti mengajar dari Universitas Konigsberg pada tahun 1797 karena mulai sakit-sakitan. Setelah itu Kant mulai memfokuskan pada kegiatan untuk mengedit kembali karya-karyanya.

    Epistemologi Immanuel Kant dapat diposisikan sebagai jembatan antara rasionalisme dan empirisme. Baik rasionalisme maupun empirisme mencoba untuk menjawab persoalan : “nilai apa yang ada dalam pengetahuan yang saya peroleh mengenai dunia fisik (material) dan kaitannya dengan apa yang harus saya lakukan?” Pandangan rasionalisme memulainya dengan asumsi bahwa kepastian/pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui kerja pikiran karena dalam pikiran manusia telah ada ide-ide bawaan yang bersifat universal. Sifat universal ini dibutuhkan dalam pengetahuan ilmiah maupun filsafat, tetapi sayangnya rasionalisme gagal untuk menjelaskan keabsahan pengetahuan tersebut dalam rujukannya kepada dunia alam tanpa terjatuh pada panteisme.

    Immanuel Kant menyatakan bahwa rasionalisme memiliki sifat analitik apriori (mendahului pengalaman). Adapun ciri putusan yang bersifat analitik apriori adalah mengkonstruksi sebuah sistem pengetahuan yang dilengkapi dengan dimensi universalitas atau keniscayaan. Hanya saja, jenis pengetahuan yang semacam ini bersifat tautologis, hanya pengulangan dan kurang andal, karena tidak menyajikan sesuatu yang baru. Sedangkan empirisme memiliki sifat sintesis aposteriori. Kebenaran sintetik adalah kebenaran bersyarat, tergantung pada bagaimana dunia sebagaimana adanya (aposteriori – setelah pengalaman). Keunggulan dari jenis putusan yang bersifat sintesis-aposteriori adalah mampu memberikan pengetahuan baru. Namun kelemahannya adalah predikat tidak lebih dari fakta pengalaman, sehingga model putusan yang semacam ini akan kehilangan aspek universalitasnya.Untuk dapat sampai pada kebenaran yang sintetik apriori maka harus terjadi revolusi pikiran dari proposisi-proposisi.

 

C.   ANALISIS

Immanuel Kant mempertahankan pandangannya tersebut di atas dengan mengatakan bahwa sistesis apriori seperti yang telah dilakukannya di atas adalah mungkin melalui putusan atas perasaan (judgement of sentiment). Hal inilah yang disajikan oleh kant dalam Critique of Judgment. Putusan atas perasaan berbeda dengan putusan sintesis apriori, seperti yang telah Kant sebutkan pada Critique of Pure Reason. Putusan atas perasaan mengandaikan ada satu forma kosong intelek yang ditentukan oleh elemen tertentu yang diperoleh melalui proses pengindraan. Jika putusan yang diperoleh melalui sintesisapriori disebut dengan putusan penting (determining judgement) maka putusan atas perasaan itu disebut dengan putusan hasil refleksi (reflecting judgement), meliputi putusan teleologis dan putusan estetis. Putusan atas perasaan ini berasal dari luar bentuk apriori intelek, yaitu berasal dari kekuatan afektif kehendak subjek. Oleh karena itu menurut Kant, putusan yang semacam ini tidak akan memberikan putusan yang tepat, melainkan hanya memanifestasikan kemendesakkan.

Pemikiran Kant tersebut sangat menarik karena membuka peluang ke arah metafisika dan pengetahuan yang lebih esensial. Jika pada pemikiran Kant dalam Kritik atas rasio murni ditegaskan bahwa kita hanya dapat mengetahui objek sejauh dalam fenomen melalui persepsi inderawi, maka memang akan menjadi pertanyaan besar terkait dengan objek-objek yang tidak berfenomen. Konsep Cinta, Keabadian, Tuhan misalnya, tidak dapat dipenuhi dengan pengalaman inderawi. Jika kemudian atas dasar rasio murni disimpulkan bahwa karena tidak dapat ditangkap indra maka konsep-konsep tersebut tidak memadai, tentu ini kesimpulan yang tidak tepat. Hal ini dikarenakan tetap ada insight pengetahuan untuk hal-hal yang semacam itu. Barangkali pengetahuan yang semacam ini memang belum lengkap atau belum sempurna, namun bukankah pikiran manusia senantiasa terbuka dan terus berkembang secara kreatif. Pengetahuan adalah bagian dari hidup dan kehidupan manusia yang didalamnya terdapat dimensi historisitas dan sosialitas. Oleh karena itu interaksi dengan waktu, lingkungan, dan sesamanya akan memacu tumbuhnya pengetahuan secara terus menerus.

 

 

D. KESIMPULAN



Sebagai kesimpulan akan ditegaskan bahwa pemikiran Kant dalam bidang epistemologi, yang sepenuhnya tercurah dalam karyanya yang berjudul Critique of Pure Reason ternyata masih menyisakan persoalan dalam ranah metafisika. Hal ini dikarenakan secara tegas Kant memisahkan antara fenomena dan noumena. Manusia hanya mampu menangkap fenomena saja melalui intuisi inderawi dalam ruang waktu yang kemudian dikategori dalam forma akal. Adapun noumena tidak akan pernah tersentuh. Hal ini jelas menyisakan pertanyaan terkait dengan peluang manusia untuk sampai pada pengetahuan yang essensial dan transendental.

Manusia pun memiliki sifat multidimensional, masing-masing dimensi memiliki peran dan kemudian terlibat secara bersama-sama. Sifat pengetahuan yang analog sesungguhnya merupakan pemaknaan atas multidimensionalitas kehidupan manusia. Hal ini membawa konsekuensi pada perlunya dialog intersubjektif dan keterbukaan secara terus menerus. Pengetahuan adalah sesuatu hal yang tidak berbatas, pengetahuan manusia karenanya tidak akan pernah sampai pada ujung perjalanan melainkan hanya terus menerus diperluas cakrawalanya.

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Biodata Diri

 DAFTAR RIWAYAT HIDUP DATA PRIBADI  Nama Lengkap : Bherrio Dwi Saputra S.Pd, M.Pd  Tempat, Tanggal, Lahir : Sragen, 18 September 1994  Jenis...